Selasa 26 Apr 2016 18:04 WIB

Kinerja BPRS di Jawa Barat Tetap Positif

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Nur Aini
BPRS, ilustrasi
BPRS, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah bank pembiayaan rakyat syariah (BPRS) di Jawa Barat menjaga kinerja tetap positif pada kuartal pertama 2016 ini. Sumber dana dari deposito dan dana linkage masih mendominasi.

Direktur Utama BPRS Artha Madani Cikarang Cahyo Kartiko menjelaskan, kinerja BPRS Artha Madani per Maret 2016 dibandingkan Maret 2015 (year on year), aset BPRS Artha Madani meningkat menjadi Rp 160 miliar dari Rp 101 miliar. Dana pihak Ketiga (DPK) terutama deposito naik menjadi Rp 60 miliar dari Rp 32 miliar dan tabungan menjadi Rp 16 miliar dari Rp 13 miliar.

Fasilitas linkage dari perbankan juga naik menjadi Rp 66 miliar dari Rp 60 miliar. ''Karena ada ekses dana, penempatan di bank lain juga naik menjadi Rp 24,6 miliar dari Rp 5,8 miliar,'' kata Cahyo, Selasa (26/4).

Pembiyaan meningkat menjadi Rp 118 miliar pada Maret 2016 dari Rp 89 miliar pada Maret 2015. Fokus pembiayaan BPRS Artha Madani masih ke segmen UMKM walaupun segmen PNS masih ada. Porsi pembiayaan UMKM meningkat menjadi Rp 34 miliar dari Rp 16 miliar dan PNS meningkat menjadi Rp 83 miliar dari Rp 72 miliar.

Dengan batas pembiayaan maksimal Rp 250 juta per nasabah, jenis UMKM yang dibiayai terutama di sektor perdagangan dan industri kecil. BPRS Artha Madani sempat pula memberi pembiayaan untuk indust kecil pemasok perusahaan besar, tapi sedikit.

Performa pembiayaan pun menunjukkan kualitas yang baik diiringi penurunam NPF. Pembiayaan bermasalah turun dari Rp 751 juta pada Maret 2015 menjadi Rp 674 juta pada Maret 2016. ''Secara umum NPF gross BPRS Artha Madani turun dari 4,3 persen ke 3,8 persen, NPF net per Maret 2016 menjadi 2,4 persen,'' kata Cahyo.

Penyumbang utama laba masih dari bagi hasil dan margin. pembiayaan. Pemdapatan dari imbal jasa (fee-based income) pun ada, tapi tidak signifikan mengingat layanan transfer dan PPOB tidak besar.

Hingga akhir 2016, BPRS Artha Madani menargetkan aset bisa mencapai Rp 200 miliar dengan pembiayaan Rp 170 miliar. Dari total pembiayaan, porsi portofolio UMKM sebesar 30-40 persen. Pembiayaan konsumer sebesar 60 pesen akan dialihkan ke produktif dan 10 persen ke motor.

Direktur Utama BPRS Patriot Bekasi Syahril T Alam mengatakan, pada kuartal pertama 2016 aset BPRS Patriot mencapai Rp 66,5 miliar, dan pembiayaan Rp 33,9 miliar. Di sisi DPK, tabungan mencapai Rp 16 mliliar dan deposito Rp 28,6 miliar. Laba di tiga bulan pertama 2016 ini mencapai Rp 439 juta.

Diakui Syahril di sisi kualitas, NPF gross naik menjadi 7,5 persen yang ikut menaikkan PPAP naik dan mengurangi laba. Perbaikan kualitas melalui restrukturisasi tetap dilakukan. ''Target kami NPF pada Desember 2016 bisa di bawah lima persen,'' kata Syahril.

Direktur Utama BPRS HIK Parahyangan Bandung Toto Suharto menjelaskan, pada kuartal satu 2016 ini, aset BPRS HIK Parahyangan tumbuh 24 persen menjadi Rp 628 miliar. Dari proyeksi kuartal satu, pencapaian aset sudah 98 persen.

Pembiayaan juga tumbuh 23 persen menjadi Rp 547 miliar, sudah 100 persen dari target untuk kuartal satu 2016 ini. ''Pada kuartal satu ini kami efisiensikan dana yang masih ada akhir tahun lalu. Agar dana lebih ramping, pembiayaan kuartal satu ini memanfaatkan dana akhir tahun lalu,'' tutur Toto.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement