Sabtu 30 Apr 2016 05:00 WIB

Berani karena Takut Allah

Kaligrafi Allah
Foto: frontpagemag.com
Kaligrafi Allah

Oleh Solihin

REPUBLIKA.CO.ID, Dalam kitab Taqarrub ila-llaah karangan Fauziy Sanqarth, terdapat pernyataan seorang pemimpin Islam ketika menggambarkan kader-kadernya. "Sebaik-baik pemuda," kata pemimpin itu, "adalah yang bersikap sebagai orang tua, bisa memejamkan mata dari kejahatan; berat langkah kakinya menuju kebatilan; demi beribadah ia khusyuk dan betah begadang semalaman. Sungguh Allah melihat mereka pada malam hari ketika punggung-punggung mereka condong kepada juz Alquran."

"Setiap kali salah seorang dari mereka membaca ayat tentang surga," lanjut pemimpin itu, "mereka menangis karena rindu kepadanya. Ketika membaca ayat tentang neraka, mereka benar-benar histeris seakan-akan bencana neraka jahanam itu ada di antara kedua telinga mereka."

Takut kepada Allah adalah lebih utama dibanding takut kepada makhluk-Nya. "Karena itu, janganlah kamu takut kepada mereka, tapi takutlah kepada-Ku jika kamu benar-benar orang yang beriman," kata Allah dalam QS Ali Imron: 175. "Karena itu, janganlah kamu takut kepada manusia, tapi takutlah kepada-Ku." (QS al-Maidah [5]:44).

Sudah selayaknya kita menempatkan rasa takut kepada Allah di atas segalanya. Dalam kondisi seperti sekarang ini, ketika hukum tidak maksimal dijadikan instrumen untuk mengendalikan kehidupan sosial, kita harus berani mengoreksi penguasa untuk menempatkan hukum sebagai corong penegak keadilan. 

Apa jadinya bila hukum ibarat ular tanpa bisa? Manusia akan mudah menginjaknya dan tak pernah takut pada hukum. Bila ini terus dibiarkan, kekacauan demi kekacauan akan senantiasa hadir dalam kehidupan kita, dan pada gilirannya kita tak ubahnya bangsa Barbar yang selalu dicatat dalam ingatan sebagai bangsa penghancur kebudayaan dan kemanusiaan. Naudzu billahi mindzalik!

Salah seorang murid al-Izzu bin Abdis Salam bertanya kepada Said bin Amir ketika ia menasihati seorang penguasa, "Apakah engkau tidak takut kepadanya?" Dia menjawab, "Demi Allah wahai anakku, aku telah menghadirkan kehebatan Allah SWT dalam diriku sehingga sultan itu di hadapanku seperti seekor kucing."

Semoga kita hanya merasa takut kepada Allah. Indikatornya adalah kita takut melakukan maksiat karena dengan menghindari maksiat berarti kita terus-menerus mewujudkan rasa takut kepada-Nya. Wallahu a'lam bish- shawaab.

sumber : Pusat Data Republika
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement