REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Bidang Perempuan dan Ketahanan Keluarga DPP PKS Wirianingsih mengatakan, wafatnya Ketua Umum Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT), Prof Tutty Alawiyah, maka Indonesia kembali ditinggalkan oleh salah satu tokoh pentingnya.
"Bu Tutty adalah salah satu tokoh pelopor pemberdayaan majelis taklim kaum ibu. Beliau identik dengan majelis taklim,” katanya di Jakarta, Rabu (4/5).
Dia menjelaskan, pendiri BKMT ini telah memberikan inspirasi 'pendidikan informal' kaum perempuan yang terserak di majelis taklim. Pendiri As Syafiiyah ini pun disebut memiliki peran penting dalam meningkatkan kualitas pengetahuan dan keagamaan ibu-ibu. Majelis taklim bisa dijadikan sebagai sarana pendidikan kaum perempuan agar dapat berperan lebih baik dalam keluarga yang pada gilirannya memberikan kontribusi pada bangsa dan negara.
"Mejalis taklim kaum ibu sering kali tidak diperhatikan. Sebagai sarana pembelajaran di masyarakat, majelis taklim memiliki peran strategis," ujar Wirianingsih. Ia teringat pada 80-an pernah mewakili ibunya hadir ke Majelis Taklim Al Barkah (Perguruan AsySyafi'iyah) yang sedang dirintis oleh Ibu Tutty. Beliau membacakan peran penting majelis taklim dan menjelaskan buku panduannya.
"Kelak ini menjadi embrio BKMT. Karena kiprahnya ini beliau dikenal hingga mancanegara." Dia menjelaskan, almarhumah Tutty Alawiyah berhasil mewarisi dakwah dari ayahandanya Kiai Syafi'i. Menurut dia, sosok almarhumah adalah salah satu bukti keberhasilan pendidikan sosok sang kiai.
"Beliau pandai memainkan peran sebagai da'iyah dengan baik, diterima oleh semua kalangan. Semoga kelak lahir Tutty Alawiyah yang baru yang akan memberi warna lebih baik bagi kehidupan berbangsa dan bernegara," katanya.