Kamis 26 May 2016 16:38 WIB

IPOP Fokus Pembinaan Petani Kelapa Sawit

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Dwi Murdaningsih
Perkeja mengangkat kelapa sawit ke atas truk di perkebunan kelapa sawit, Kecamatan Tikke Raya, Kabupaten Mamuju Utara, Sulawesi Barat, Kamis (10/2).
Foto: Antara/Sahrul Manda Tikupadang
Perkeja mengangkat kelapa sawit ke atas truk di perkebunan kelapa sawit, Kecamatan Tikke Raya, Kabupaten Mamuju Utara, Sulawesi Barat, Kamis (10/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia Palm Oil Pledge (IPOP) fokus melakukan pembinaan terhadap petani swadaya agar tercipta rantai pasok kelapa sawit yang berkelanjutan. Pada tahun ini, organisasi perusahaan sawit berkelanjutan ini akan fokus untuk melakukan pemetaan terhadap 5.700 petani kelapa sawit swadaya di Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah.

"Kami memetakan dan mengidentifikasi dengan cara mempoligonkan lahan mereka, karena selama ini masalah fundamental yang dihadapi oleh petani sawit yakni legalitas lahan," ujar Direktur Eksekutif Indonesia Palm Oil Pledge (IPOP) Nurdiana Darus ketika berkunjung ke kantor Republika.co.id, Kamis (26/5).

Wanita yang akrab disapa Ade tersebut mengatakan, setelah dilakukan pemetaan nantinya para petani swadaya tersebut bisa mendapatkan Surat Tanda Daftar Budidaya (STDB) dan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPL) yang menandakan bahwa lahan mereka sudah legal.

Apabila para petani swadaya telah mengantongi dua surat tersebut, mereka dapat membentuk koperasi dan pada akhirnya bisa mengajukan pinjaman ke bank. Pinjaman tersebut dapat digunakan oleh para petani untuk membangun mata rantai produksi sawit yang berkelanjutan. Apalagi, dengan membentuk koperasi risiko yang ditanggung oleh para petani sawit swadaya akan lebih kecil.

Ade mengatakan, selama ini masih banyak petani sawit swadaya yang masih belum memahami pengelolaan lahan sawit secara berkelanjutan. Sebagian besar alasan petani sawit swadaya menanam sawit yakni karena hasilnya menjanjikan, dan mereka cenderung bergerak masing-masing dan tidak ada pendampingan sehingga tidak mengetahui cara produksi yang berkelanjutan.     

"Kami berkomitmen untuk jemput bola ke petani dan membina mereka agar bisa mendapatkan sertifikasi, serta membangun rantai pasok yang berkelanjutan," kata Ade.

Ade menambahkan, jumlah petani swadaya di Indonesia sekitar 2,5 juta orang dengan luas lahan yakni 40 persen dari total keseluruhan lahan sawit di Indonesia yang luasnya mencapai 12,5 juta hektar. Menurut Ade, IPOP telah berkomitmen untuk membina seluruh petani swadaya yang ada di Indonesia.

Apabila petani swadaya sudah mendapatkan sertifikasi dan memproduksi sawit secara berkelanjutan, maka mereka bisa negosiasi dengan perusahaan manapun. Ade menegaskan, petani swadaya yang dibina oleh IPOP tidak harus menjadi pemasok bagi perusahaan-perusahaan yang menjadi anggota IPOP.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement