Kamis 26 May 2016 17:54 WIB

Impor Jagung Nol, Produksi Pakan Ternak Terancam

Impor jagung (Ilustrasi)
Foto: Antara/Irsan Mulyadi
Impor jagung (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Himpunan Peternak Unggas Lokasi Indonesia (Himpuli) Ade M Zulkarnain mengatakan wacana penghapusan impor jagung yang akan dilakukan oleh Kementerian Pertanian (Kementan) pada tahun depan akan mengancam peternakan unggas. Pasalnya, sampai saat ini industri pakan ternak nasional masih mengandalkan bahan baku jagung impor.

Jagung impor dinilai masih cukup dibutuhkan, karena jagung lokal sulit diserap oleh perusahaan pakan. Produksi jagung dalam negeri belum memenuhi prasyarat kadar air yang ditentukan perusahaan. 

"Kadar air yang diperlukan perusahaan mencapai 14 persen. Sedangkan jagung hasil produksi lokal lebih dari itu," kata Ade di Jakarta, Kamis (26/5).

Ade menyebut tingginya kadar air jagung lokal karena petani menggunakan cara pengeringan tradisional. Mereka mengeringkan dengan cara menjemur dibawah terik matahari. Waktu pengeringan pun cukup lama, sekitar satu sampai dua minggu.

"Jika ada alat pengering yang memadai, maka waktu pengeringan bisa dilakukan sehari. Sekarang petani panen, langsung dijual ke pengepul, jadi ya harganya rendah, kasihan juga petani," kata Ade.

Sebelum membendung impor jagung, Ade berharap pemerintah memperhitungkan faktor petani tersebut. Tidak hanya itu, pemerintah juga wajib menimbang berapa produksi jagung lokal, berapa harga dan bagaimana kualitasnya. 

"Statment Pak Menteri Pertanian bahwa tahun depan nol persen impor jagung, itu bagaimana apakah sudah dihitung sedetail mungkin? Jangan sampai karena kemauan, tidak melihat keadaan real di lapangan, selain itu, jika pakai jagung lokal apakah harga pakan akan kompetitif?," ujar Ade.

Pemerintah diminta menyelesaikan permasalahan pakan dan unggas secara holistik. Roadmaps untuk pakan ternak, sampai persoalan unggas harus di buat untuk membenahi masalah. Data dari Day Old Chick (DOC) harus jelas disetorkan oleh pengusaha, sehingga pemerintah bisa menghitung jumlah pakan yang dibutuhkan.

"Impor jagung tidak kharam jika memang masih diperlukan, sembari membenahi ini secara holistik," kata Ade. 

Menurut Ade, jagung merupakan salah satu komoditas penting karena berkaitan dengan pakan ternak. Jika pasokan jagung terganggu, akan menggangu stabilitas pakan dan produksi unggas.

"Sedangkan ayam adalah salah satu sumber protein, murah dan mudah didapatkan. Sekitar 68 sampai 69 persen dari kebutuhan protein nasional, di suplai oleh ayam," ujar Ade. 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement