REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin meresmikan 13 Perguruan Tinggi Keagamaan berbasis pesantren atau Mahad Aly. Untuk membangun keunggulan dengan integritas akademik yang tinggi, setiap Mahad Aly hanya diberikan izin penyelenggaraan satu Program Studi.
Izin penyelenggaraan untuk satu program studi ini agar dapat dikembangkan menjadi pusat kajian keilmuan ke-Islaman dan ke-pesantrenan secara sekaligus. “Kementerian Agama memiliki komitmen kuat membangun pusat-pusat unggulan ini," kata Lukman di Jombang melalui siaran pers yang diterima Republika, Senin (30/5).
Sebagai contoh, Mahad Aly Hasyim Al-Asy'ary yang melekat pada Pondok Pesantren Tebuireng di Jombang, Jawa Timur, akan khusus mengembangkan program takhasus “Hadis dan Ilmu Hadis” (Hadis wa Ulumuhu). Mahad Aly Saidusshiddiqiyyah pada Pondok Pesantren As-Shiddiqiyah, Kebon Jeruk, DKI Jakarta, dengan program spesialisasi “Sejarah dan Peradaban Islam” (Tarikh Islami wa Tsaqafatuhu).
Lukman menjelaskan posisi ini akan membuat Mahad Aly sebagai lembaga khusus (khushushul-khushush) yang ada pada pesantren. Juga, dia melanjutkan, Mahad Aly berperan sebagai lembaga kaderisasi ulama yang mumpuni dan berintegritas.
Apalagi, pemerintah berharap Mahad Aly bakal menciptakan lulusan yang ahli dalam bidang ilmu agama Islam (mutafaqqih fiddin) dan mengembangkan ilmu agama Islam berbasis kitab kuning. Lukman menjelaskan Mahad Aly akan menyelenggarakan pendidikan akademik dalam bidang penguasaan ilmu agama Islam atau tafaqquh fiddin.
Tafaqquh fiddin ini akan berbasis kitab kuning yang diselenggarakan pondok pesantren. Kitab kuning, yaitu kitab keislaman berbahasa Arab yang menjadi rujukan tradisi keilmuan Islam di pesantren.
Lukman menerangkan Mahad Aly merupakan wujud pelembagaan sistemik tradisi intelektual pesantren tingkat tinggi yang melekat pada pendidikan pesantren. "Secara kelembagaan, posisi Mahad Aly adalah jenjang Pendidikan Tinggi Keagamaan pada jalur Pendidikan Diniyah Formal,” kata dia