REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Bursa Efek Indonesia mulai mencatatkan surat utang atau obligasi dari dua perusahaan yakni PT Waskita Karya (Persero) Tbk dan PT Bank Maybank Indonesia Tbk pada Senin (13/6).
Kepala Penilaian Perusahaan 3 BEI Goklas Tambunan mengemukakan bahwa Waskita Karya menerbitkan obligasi berkelanjutan II tahap I/2016 dengan nilai nominal sebesar Rp 2 triliun bertenor tiga tahun.
"Hasil pemeringkatan untuk obligasi itu adalah idA- (single A minus) dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo). Bertindak sebagai Wali Amanat dalam emisi ini adalah PT Bank Mega Tbk," katanya melalui keterangan tertulisnya, Senin.
Sementara itu, P.H. Kepala Penilaian Perusahaan I BEI, Adi Pratomo Aryanto mengatakan bahwa Bank Maybank Indonesia Tbk mencatatkan sukuk mudharabah berkelanjutan I tahap II tahun 2016 dan obligasi subordinasi berkelanjutan II tahap II tahun 2016. Ia memaparkan bahwa obligasi yang dicatatkan itu terdiri dari sukuk mudharabah berkelanjutan I Bank Maybank Indonesia Tahap II Tahun 2016 (SMBNII01CN2) dengan total dana sebesar Rp 700 miliar berjangka waktu tiga tahun.
Selain itu, obligasi subordinasi berkelanjutan II Bank Maybank Indonesia tahap II tahun 2016 (BNII02SBCN2) dengan jumlah pokok sebesar Rp800 miliar berjangka waktu tujuh tahun. "Hasil pemeringkatan atas sukuk mudharabah yakni AAA (triple A) dari PT Fitch Ratings Indonesia (Fitch) dan PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) dan obligasi subordinasi AA (double A) dari lembaga pemeringkat yang sama. Bertindak sebagai Wali Amanat dalam emisi ini adalah PT Bank Mega Tbk," katanya.
Dengan pencatatan obligasi dari dua perusahaan itu, dipaparkan, maka total emisi obligasi dan sukuk yang sudah tercatat sepanjang 2016 adalah 23 emisi dari 19 emiten senilai Rp 39,29 triliun. Dengan pencatatan ini maka total emisi obligasi dan sukuk yang tercatat di BEI berjumlah 285 emisi dengan nilai nominal outstanding sebesar Rp 269,81 triliun dan 100 juta dolar AS, diterbitkan oleh 101 emiten. Sementara itu, Surat Berharga Negara (SBN) tercatat di BEI berjumlah 94 seri dengan nilai nominal Rp 1.609,05 triliun dan 1.040 juta dolar AS dan lima Efek Beragun Aset (EBA) senilai Rp 2,05 triliun.