Ahad 19 Jun 2016 23:08 WIB

Importir Tunggu Izin Impor Daging Tambahan

Rep: Sonia Fitri/ Red: Nur Aini
  Pekerja sedang melakukan bongkar muatan daging sapi impor di gudang Bulog, Jakarta, beberapa waktu lalu. (Republika/Tahta Aidilla)
Pekerja sedang melakukan bongkar muatan daging sapi impor di gudang Bulog, Jakarta, beberapa waktu lalu. (Republika/Tahta Aidilla)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Importir daging sapi mengaku belum kekurangan pasokan meski stok daging impor di gudang digelontorkan sebagian untuk Operasi Pasar (OP). Namun, mereka menginginkan penggantian daging dilakukan segera agar tidak terjadi kekurangan pasokan pada pertengahan Juli 2016 untuk jenis daging 85 CL.

"Tapi kalau izin impor diberikan di pekan depan, Selasa atau Rabu izin keluar, kita tidak akan kekurangan karena bisa langsung order ke Australia," kata Ketua Umum Asosiasi Industri Pengolah Daging Indonesia (Nampa) Ishana Mahisa, Ahad (19/6).

Penerbitan izin, kata dia, menjadi tantangan yang diharapkan bisa dipenuhi pemerintah yang memang telah berjanji secara lisan untuk mengganti daging-daging impor yang dipinjam untuk OP.

Dalam situasi normal, pasokan daging yang dikantongi importir sebanyak 20 ribu ton hingga empat bulan ke depan. Sementara, baru menginjak 1,5 bulan daging harus sudah dikeluarkan sebanyak enam ribu ton.

Begitu izin terbit, importir akan segera kontrak karena kapal terakhir dari Australia datang pada 27 Juni 2016. Ia percaya pemerintah akan membantu perizinan karena importir pun membantu pemerintah menurunkan harga daging di bawah Rp 80 ribu per kilogram.

Jika izin terbit, kata dia, para importir berencana mengajukan impor daging sesuai yang dijanjikan pemerintah yakni 10 ribu ton. Kuota tersebut akan sangat efektif menurunkan harga daging jelang hari raya Idul Fitri. Namun jika harga ini turun stabil secara permanen, pemerintah dapat mengabulkan praktik impor daging yang disesuaikan dengan mekanisme pasar.

Mekanisme impor daging, kata dia, juga diminta diperlonggar. Selain berkomitmen memperlonggar penambahan kuota impor, durasi perizinan juga diharapkan berlaku sepanjang tahun. "Kalau sekarang kan dari tiga bulan menjadi empat bulan, ini tidak efektif karena di saat yang sama semua orang datang ke Australia minta impor, harganya jadi mahal," tuturnya.

Ia juga meminta pemerintah memperluas pembukaan impor untuk daging sekunder. Perluasan juga dapat dilakukan untuk negara tujuan impor jangan hanya mengandalkan Australia saja. "Kalau tujuannya ingin harga turun saja, harus relaksasi, sejumlah item itu harus dibuka," katanya.

Baca juga: Daging Sapi Industri untuk Operasi Pasar Dinilai Hanya Pindahkan Masalah

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement