REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Produksi gas bumi dari Blok Mahakam terpaksa dipangkas dari sebelumnya 1.611 barel setara minyak per hari menjadi 1.572 barel setara minyak per hari. Kepala Satuan Kerja Khusus Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Amien Sunaryadi menjelaskan, penahanan laju produksi gas di Mahakam terpaksa dilakukan lantaran sepinya pembeli gas akibat industri hulu yang masih lesu.
"Karena sulit menjualnya jadi sumurnya dikecilin dikit. Kalau dikecilin banyak, nanti sumurnya rusak. Kalau dikecilin sedikit bisa," ujar Amien, di Jakarta, Rabu (29/6).
Sementara itu, capaian lifting minyak untuk tahun ini sulit untuk menyentuh angka yang ditargetkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2016 sebesar 820 barel per hari. Alasannya, pemangkasan biaya produksi dan jumlah pemboran yang berkurang mau tak mau membuat produksi minyak ikut turun. Target lifting minyak dalam APBN ini sudah dipangkas dari target sebelumnya yakni 830 ribu barel per hari.
Amien mengungkapkan bahwa realisasi produksi minyak semester pertama ini mencapai 834 ribu barel per hari. Namun memasuki September pihaknya memproyeksikan akan ada penurunan produksi yang membuat rata-rata produksi pada akhir tahun 2016 ini bertengger di angka 819 ribu barel per hari.
Amien menjelaskan, penurunan produksi lebih disebabkan oleh faktor alamiah lapangan yang menua. Secara menyeluruh, ujarnya, penurunan produksi paling signifikan dialami oleh PT Pertamina EP yang mengurangi jumlah sumur pemboran.
" Jadi kalau biaya untuk pengeboran itu dikurangi, supaya cost recoverynya turun berarti pengeborannya dikurangi kan. Tadinya sekian sumur menjadi sekian sumur. Nah kalau pengeborannya dikurangi ya produksinya nambah sedikit," ujar Amien.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) IGN Wiratmaja Puja mengakui pemangkasan produksi gas bumi di Blok Mahakam. Mengantisipasi hal ini ke depan, kata Wiratmaja, pemerintah mengupayakan pembangunan infrastuktur gas secara masif.
"Dan mendorong PLN melakukan konversi pembangkit dari BBM ke gas," ujarnya.
Pemanfaatan gas oleh PLN, kata Wiratmaja, bisa menyerap produksi gas sehingga membantu produsen mempertahankan tingkat produksinya.