REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat menyatakan Gerbang Tol Cikarang Utama bisa digratiskan bila antrean kendaraan lebih dari lima kilometer. Evaluasi arus mudik dan arus balik tahun ini akan jadi rekomendasi penanganan arus mudik dan balik tahun depan.
Usai memantau langsung kondisi lalu lintas arus balik mudik di Gerbang Tol Cikarang Utama dan menggelar pertemuan membahas kesiapan dan situasi terakhir arus balik mudik bersama Menteri BUMN Rini Soemarno dan Direktur Utama PT Jasamarga Adityawarman pada Sabtu (9/7) malam, Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono berharap tidak ada kemacetan yang parah selama arus balik.
Ia menilai arus balik sangat berbeda dengan arus mudik dimana pada arus mudik kendaraan dari jalan tol dengan daya tampung yang lebih besar masuk ke jalan nasional yang lebih kecil daya tampungnya. Sedangkan untuk arus balik yang terjadi sebaliknya.
Sebagai antisipasi puncak arus balik yang diprediksi terjadi pada Sabtu dan Minggu ini, apabila terjadi kepadatan di Gerbang Tol Cikarang Utama hingga lima kilometer, maka gerbang tol tersebut akan digratiskan. Meskipun begitu, pengguna jalan tol tetap harus menyerahkan kartu tol di gerbang tol.
''Kalau sampai macet hingga lima kilometer, akan kami gratiskan. Saya akan pantau terus. Namun kalau masih jalan pelan itu wajar kecuali sudah benar-benar berhenti,'' ujar Basuki dalam siaran resminya, Ahad (10/7).
Kondisi antrian di GT Cikarang Utama pada Sabtu malam masih relatif terkendali dengan panjang antrean kendaraan berkisar 300 meter.
Di samping itu, akan dilakukan juga beberapa langkah lain untuk mengurai kepadatan, khususnya di Tol Jakarta Cikampek seperti contraflow, jemput transaksi, pengalihan arus dan penambahan gardu tol.
Untuk kelancaran dan kenyamanan transportasi, semua harus bekerja sama baik itu Kementerian PUPR, Kementerian Perhubungan, Kementerian Kesehatan, maupun Kepolisian.
Menurut Basuki, kelancaran arus mudik dan balik dipengaruhi tiga hal utama yakni penyediaan prasarana, rekayasa lalu lintas, dan perilaku pengemudi.
''Sekarang prasarana sudah diperbaiki. Contohnya bila Jembatan Sipait di Pekalongan tidak selesai pasti lebih parah kemacetannya. Sekarang tinggal rekayasa seperti penambahan gardu dan contraflow,'' ujar Basuki.
Sementara soal tempat istirahat di tol selalu penuh sesak saat arus mudik dan arus balik hingga menjadi salah satu penyebab kemacetan, Basuki mengatakan hal itu tak bisa dihindari.
Karena memang ada 1,6 juta mobil yang meninggalkan Jabodetabek ke wilayah Jawa. Area istirahat dengan 100 toilet pun pasti tidak akan cukup.
''Kalau ada kepadatan menurut saya karena memang seperti orang naik haji. Banyak orang berada di tempat yang sama di waktu bersamaan. Ini bukan alasan,'' ujarnya.
Ke depan, bila hasil evaluasi arus mudik dan arus balik tahun ini ternyata tempat istirahat menjadi salah satu sarana yang perlu ditambah jumlahnya, maka akan dilakukan penambahan. Ini agar penumpukan orang di tempat istirahat bisa dikurangi.