Kamis 14 Jul 2016 20:54 WIB

Di Zona Demiliterisasi, Prajurit Korsel Menukar Bot dengan Sepatu Balet

Prajurit Korea Selatan berlatih tari balet di pangkalan militer dekat zona demiliterissi yang memisahkan dua Korea di Paju, Korea Selatan, Rabu, 13 Juli 2016.
Foto: Reuters/Kim Hong-Ji
Prajurit Korea Selatan berlatih tari balet di pangkalan militer dekat zona demiliterissi yang memisahkan dua Korea di Paju, Korea Selatan, Rabu, 13 Juli 2016.

REPUBLIKA.CO.ID, PAJU -- Ke-15 siswa balet laki-laki itu mengerang saat mereka berusaha melakukan gerakan 'split' dan tertawa lega setelah guru mereka menghitung sampai lima dan membiarkan mereka bersantai.

Sekali sepekan, sekelompok tentara Korea Selatan yang bertugas di dekat Zona Demiliterisasi (DMZ), yang membagi semenanjung Korea menjadi dua bagian, menukar sepatu bot tentara mereka dengan sepatu balet. Kelas balet bagi para prajurit itu dimaksudkan untuk mengurangi stres di perbatasan yang paling dijaga ketat di dunia itu.

"Ada banyak ketegangan di sini karena kita hidup di unit di garis depan, yang membuat saya merasa tidak aman," kata Kim Joo-hyeok, seorang sersan berusia 23 tahun yang hampir dua tahun bertugas di dinas militer.

Pria Korea Selatan menjalani wajib militer.

"Tapi melalui balet, saya bisa tetap tenang dan menemukan keseimbangan serta membangun persahabatan dengan sesama tentara," kata Kim, yang belajar balet untuk tahun kedua dan berencana terus belajar setelah ia berhenti dari ketentaraan.

Mengenakan celana pendek, kaos serta sepatu tari mereka, anggota Divisi 25 itu setiap pekan diajar oleh para balerina dari Balet Nasional Korea di bawah program yang dimulai tahun lalu dan sudah menampilkan pertunjukan karya Tchaikovsky, Swan Lake. Sebagian besar siswa di sesi terakhir adalah penari pemula.

"Berada di ketentaraan itu tidak mudah, jadi saya tidak yakin apa jenis bantuan yang saya bisa berikan dengan berada di sini," kata Lee Hyang-jo, balerina dari Balet Nasional Korea yang mengunjungi pangkalan sepekan sekali untuk melatih para tentara.

"Tapi saat para prajurit belajar balet sedikit demi sedikit, mereka tertawa lebih banyak dan memiliki waktu yang menyenangkan dan melihat itu membuat saya berpikir datang ke sini adalah sesuatu yang berharga," katanya.

Saat para penari melatih gerakan-gerakan balet termasuk melompat mengikuti musik klasik, di luar studio kelompok lain dari tentara bermain sepak bola.

Tapi balet menguatkan kita, kata Letnan Kolonel Heo Tae-sun. "Balet memerlukan sejumlah besar kekuatan fisik dan sangat baik untuk memperkuat otot, meningkatkan kelenturan, dan memperbaiki postur," kata Heo.

 

 

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement