REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Maraknya konten negatif yang dengan mudah dapat diakses melalui berbagai platform menyisakan kekhawatiran yang besar pada sastrawan senior Taufiq Ismail. Taufiq menilai 'serbuan' konten negatif dapat membahayakan masa depan generasi muda yang cerah.
"(Generasi muda) Harus ditolong. Bahwa mereka cerdas itu sudah jelas. Akan tetapi gangguan yang terjadi di sekitar kita semua, terasa bahaya itu luar biasa," ungkap Taufiq kepada Republika.co.id saat ditemui dalam Kongres Pertama Gerakan Indonesia Beradab di Siti Hotel by Horison, Tangerang.
Taufiq tak menampik jika kemajuan teknologi dan akses internet membuka banyak sekali kesempatan bagi generasi muda untuk mendapatkan ilmu yang baik dan bermanfaat. Akan tetapi, di sisi lain keberadaan konten negatif yang destruktif memiliki jumlah yang tak kalah banyak dibandingkan dengan konten bermuatan positif.
Kurikulum Akil Baligh Diharapkan Bisa Perbaiki Akhlak Generasi Muda
Oleh karena itu, kata dia, semua lapisan masyarakat tidak boleh diam dalam menghadapi ancaman konten negatif. Bentuk perlawanan terhadap 'serangan' dari konten negatif dapat diberikan dalam bentuk apa pun sesuai dengan keterampilan tiap individu. Bagi seniman atau sasatrawan misalnya, Taufiq menilai mereka dapat berperan untuk memperbaiki adab bangsa dengan cara menghasilkan karya yang memiliki pesan kuat pada kebaikan.
"Karya-karya yang mengangkat harkat kemanusiaan, yang bertuhan, itu semuanya membantu sekali," tambah Taufiq.
Oleh karena itu, Taufiq berharap masalah terkait menjamurnya konten negatif yang mengikis adab generasi muda perlu menjadi perhatian bersama. Taufiq pun optimistis jika para seniman dan sastrawan mampu untuk berperan dalam mengatasi permasalahan ini dengan lebih banyak lagi menghasilkan karya yang bermuatan positif serta membangun.
"Sebagai seorang yang berumur 81 sekarang, tentu saja saya sangat risaukan cucu-cucu saya, masih kecil kecil. Apa yang saya rasakan ini juga dirasakan oleh beratus-ratus, beribu-ribu, berjuta-juta manusia di dunia sekarang. Masalah ini bukan masalah Indonesia saja, tapi masalah seluruh dunia," jelas Taufiq.