REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Sekretaris Jenderal Rabithah Alam Islami, Syeikh Abdullah bin Abdul Muhsin Al Turki, mengatakan konferensi ulama internasional bertajuk Islam Wasathiyah telah melahirkan berbagai macam rekomendasi dan pemikiran agar seluruh umat Islam di dunia bersatu mencegah tindakan terorisme dan sektarianisme.
"Para ulama telah memberikan rekomendasi yang tepat. Saatnya kita mengaplikasikan ajaran Islam dengan benar. MUI punya program komperehensif untuk mencegah tindakan terorisme dan sektarianisme sesuai dengan ajaran Ahli Sunnah wal Jamaah dan ulama terdahulu dan empat pendiri mazhab," kata Syeikh Abdullah bin Abdul Muhsin Al Turki saat penutupan Konferensi Ulama Internasional di Lombok Barat, NTB, Senin (1/8).
Ia mengatakan, para ulama yang terdiri dari 13 negara mengecam tindakan terorisme dan sektarianisme. Hal tersebut tidak sesuai dengan ajaran Islam yang diajarkan Nabi Muhamad SAW. Terlebih, ajaran Ahli Sunnah wal Jamaah juga melarang adanya tindakan terorisme dan sektarianisme.
Karena itu, ia menyatakan Konferensi Ulama Internasional yang mencegah tindakan terorisme dan sektarianisme di NTB ini merupakan kegiatan percontohan pertama di Indonesia. Umat Islam Indonesia harus mampu menghadapi bahaya tindakan terorisme dan sektarianisme. Sebab, ajaran yang menyimpang tersebut kini telah menjadi penyakit dunia.
"Pencegahan dan bahaya terorisme dan sektarianisme harus disebarluaskan agar masyarakat tahu, jangan berhenti di sini dan diadakan lagi untuk aliran sesat dicarikan dengan masalah tersebut," tegas Syeikh Abdullah bin Abdul Muhsin Al Turki.
Konferensi yang berlangsung sejak 30 Juli hingga 1 Agustus ini digelar atas kerja sama Majelis Ulama Indonesia (MUI) dengan Rabithoh Al Alam Al Islami atau Liga Dunia Islam. Rabithoh Al Aalam Al Islami sendiri merupakan lembaga Islam non pemerintah yang didirikan di Mekah, Arab Saudi pada Mei 1962.