REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo mengatakan, komposisi demografi masyarakat Muslim merupakan yang terbaik di antara kelompok agama lainnya di dunia.
Pernyataan tersebut disampaikan Presiden saat membuka Forum Ekonomi Islam ke 12 atau the 12th World Islamic Economic Forum di Jakarta, Selasa (2/8). Forum Ekonomi Islam ke 12 bertema "Decentralizing Growth, Empowering Future Business", atau "Pemerataan Pertumbuhan, Memberdayakan Bisnis Masa Depan".
"Masyarakat Muslim di seluruh dunia harus menggunakan salah satu kekuatan fundamental yakni potensi demografi, di mana usia rata-rata anak muda Muslim adalah 23 tahun, sementara kelompok usia menengah 30 tahun," kata Jokowi.
Selain itu, keuangan syariah merupakan industri yang bernilai jutaan dolar, dan selera Islam dalam produk busana, kuliner, seni dan arsitektur juga mengalami perkembangan yang sangat pesat. "Industri ini telah menciptakan ekonomi baru," katanya.
Namun demikian, ujarnya, di sisi lain dunia Islam sedang menghadapi beberapa tantangan yang cukup berat, seperti tingkat pengangguran yang tinggi di kalangan anak muda. Salah satu langkah yang dapat dilakukan guna menghadapi tantangan tersebut, menurut Presiden, adalah mengintegrasikan masyarakat dengan teknologi dalam menghasilkan inovasi yang dapat meningkatkan nilai.
"Kita hidup di era di mana inovasi tidak bisa kita tinggalkan, seperti rekayasa generika, percetakan tiga dimensi, dan teknologi robotik yang berkembang sangat cepat," katanya.
Sementara itu, dunia juga mengalami ketidakstabilan, ketidaksetaraan pendapatan, dinamika dan pemulihan ekonomi yang melambat. "Inovasi akan menciptakan pemenang. Namun, kita harus melaksanakannya dengan hati-hati agar inovasi benar-benar berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat," ujar Jokowi seraya menambahkan inovasi harus dapat menciptakan lapangan kerja bagi para pemuda.
Sejumlah pemimpin negara yang hadir dalam Forum Ekonomi Islam ke 12 adalah Perdana Menteri Malaysia Dato' Sri Mohd Tun Abdul Razak, Presiden Tajikistan Emomali Rahmon, Presiden Republik Guinea Alpha Conde dan Perdana Menteri Republik Sosialis Sri Lanka Ranil Shriyan Wickremesinghe.