REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI) memprediksi produksi kopi pada 2016 menurun. Hal ini disebabkan oleh efek La Nina sehingga menimbulkan hujan berkepanjangan dan bunga tanaman kopi menjadi rontok.
"Produksi 2015 sekitar 620 ribu ton, tahun ini diprediksi turun menjadi 600 ribu ton karena efek cuaca," ujar Ketua Umum AEKI di Jakarta, Kamis (4/8).
Meskipun produksi tahun ini menurun, ada peluang untuk meningkatkan nilai ekspor karena harga kopi sedang membaik dan mulai banyak permintaan. AEKI menargetkan nilai ekspor pada 2016 sebesar 1,3 miliar dolar AS dan pada 2015 lalu nilainya mencapai 1,2 miliar dolar AS.
Menurut Irfan, produksi kopi Indonesia dalam beberapa tahun memang terus menurun. Selain masalah cuaca ada kendala lain yakni tanaman tua, peralihan tanaman robusta ke arabika, serta penebangan pohon dan mengganti dengan tanaman lain.
Produksi kopi tertinggi masih terjadi di tahun 2012 sebanyak 750 ribu ton dan luas lahan kopi nasional berkisar 1,2 juta hektar. Dari jumlah tersebut lahan yang produktif tinggal sekitar 950 ribu hektar. Penurunan produksi itu harus diatasi bersama khususnya pemerintah, yakni dengan memberi kemudahan perizinaan kepada pengusaha membuka kebun kopi, pemberian bibit unggul dan pupuk ke petani.
"Petani yang tanam robusta kurang profitable dan ada kendala cuaca, sehingga tanahnya ditanam dengan yang produktif. Kita harus kasih semangat petani jangan tinggalkan ini, karena konsumsi di dalam negeri dan di luar negeri meningkat," kata Irfan.