REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah bangunan yang berwarna kekuningan terlihat begitu kokoh di antara kepadatan Kota Dhaka, Bangladesh. Di sekeliling bangunan itu terhampar deretan tenda beragam warna yang dijadikan tempat para pedagang membuka lapaknya. Sebuah kondisi yang tak berbeda jauh seperti halnya tenda-tenda pedagang kaki lima di wilayah Jakarta.
Kepadatan siang juga semakin menambah sesaknya suasana di sekitar bangunan kokoh kekuningan itu. Lalu-lalang pejalan kaki dan kendaraan bermotor seakan ingin menegaskan bahwa Dhaka memang patut menyandang sebagai salah satu kota yang terpadat di dunia.
Lalu, semakin jauh mata memandang ke atas langit Kota Dhaka, tampak begitu nyata sebuah lingkungan yang berbeda. Bangunan-bangunan kokoh yang hendak mencakar langit itu memberikan gambaran yang tampak berbeda di tengah kepadatan yang menempel di bangunan kuning tersebut.
Itulah suasana yang terekam dari sebuah video tentang Masjid Baitul Mukarram. Video berdurasi satu menit 12 detik yang diunggah di Youtube itu dengan jelas mencantumkan judulnya, “Baitul Mukarram National Mosque and Surrounding Areas at Dhaka”.
Masjid Baitul Mukarram ini tercatat sebagai salah satu masjid terbesar yang ada di Bangladesh dan juga dunia. Masjid yang rampung pembangunannya pada 1968 ini memiliki daya tampung hingga 40 ribu jamaah dalam satu kali ibadah.
Selayaknya masjid yang berada di wilayah Asia Selatan, pengaruh arsitektur Mughal akan bisa jelas terlihat pada konsep bangunan Masjid Baitul Mukarram. Namun, sebagaimana ditulis dalam laman Wikipedia seputar arsitektur, bentuk kubus yang membentuk masjid ini mencerminkan pengaruh pada bentuk Ka'bah yang ada di Tanah Suci Makkah.
Sebagai perancang dari masjid ini adalah T Abdul Hussain Thariani. Dalam merancang bangunan ini, Abdul Hussain ditugaskan untuk merancang tak hanya sebuah bangunan tempat ibadah. Di areal masjid ini, ia juga menghadirkan desain bangunan yang termasuk di dalamnya toko, perkantoran, perpustakaan, dan area parkir yang berada dalam satu kompleks.