Jumat 17 Jun 2022 12:39 WIB

Bangladesh Gelar Unjuk Rasa di Depan Kedutaan India

Pengunjuk rasa menuntut negara mayoritas Muslim memboikot produk India.

Rep: Mabruroh/ Red: Ani Nursalikah
 Anggota dan pendukung partai Islamis Islami Andolan Bangladesh menghadiri protes terhadap India menyusul komentar menghina Nabi Muhammad, setelah salat Jumat di Masjid Nasional Baitul Mukarram di Dhaka, Bangladesh, 10 Juni 2022. Dua pemimpin senior dalam keputusan Perdana Menteri India Partai Bharatiya Janata (BJP) memicu kecaman diplomatik internasional dari 57 negara Organisasi Kerjasama Islam (OKI), serta Arab Saudi, Qatar, Kuwait, dan Iran, menyusul komentar menghina mereka terhadap Nabi Muhammad. Bangladesh Gelar Unjuk Rasa di Depan Kedutaan India
Foto: EPA-EFE/MONIRUL ALAM
Anggota dan pendukung partai Islamis Islami Andolan Bangladesh menghadiri protes terhadap India menyusul komentar menghina Nabi Muhammad, setelah salat Jumat di Masjid Nasional Baitul Mukarram di Dhaka, Bangladesh, 10 Juni 2022. Dua pemimpin senior dalam keputusan Perdana Menteri India Partai Bharatiya Janata (BJP) memicu kecaman diplomatik internasional dari 57 negara Organisasi Kerjasama Islam (OKI), serta Arab Saudi, Qatar, Kuwait, dan Iran, menyusul komentar menghina mereka terhadap Nabi Muhammad. Bangladesh Gelar Unjuk Rasa di Depan Kedutaan India

REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA -- Ribuan orang berbaris di ibu kota Bangladesh untuk menuntut pemerintah Bangladesh dan India secara resmi mengutuk komentar dua pejabat partai pemerintah India. Pejabat BJP itu telah mengolok-olok Nabi Muhammad SAW.

Unjuk rasa dimulai pada Kamis (16/6/2022) di Masjid Baitul Mukarram utama negara itu. Tapi kemudian diblokir oleh polisi saat menuju Kedutaan Besar India.

Baca Juga

Dilansir dari TRT World, Jumat (17/6/2022), para pengunjuk rasa menuntut negara-negara mayoritas Muslim memboikot produk India dan memutuskan hubungan dengan New Delhi. Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina secara terbuka juga mengutuk komentar yang dibuat sebelumnya oleh dua pejabat di Partai Bharatiya Janata pimpinan Perdana Menteri India Narendra Modi.

Kendati demikian, Hasina telah mempertahankan hubungan yang hangat dengan India. Menteri Informasi dan Penyiaran Hasan Mahmud mengatakan kepada sekelompok wartawan India bahwa perselisihan itu adalah masalah internal India.

Saat mereka berbaris, para pengunjuk rasa meneriakkan "Turunkan Modi" dan "Penghinaan terhadap Islam, tidak akan ditoleransi." Banyak juga yang membawa plakat bertuliskan “Kami mencintai Nabi Muhammad.”

Menurut juru bicara unjuk rasa Shahidul Islam Kabir, setelah polisi menghentikan unjuk rasa, lima orang perwakilan diizinkan menuju Kedutaan Besar India. Kelompok itu berjanji akan melanjutkan demonstrasinya.

Partai pemerintahan India telah menskors salah satu pejabat dan mengeluarkan yang lain, tetapi pengunjuk rasa mengatakan tindakan itu tidak cukup.  Setidaknya lima negara Arab dan negara mayoritas Muslim mengutuk pernyataan tersebut dan mengajukan protes resmi terhadap India. Di antaranya Pakistan, Afghanistan, Indonesia, Malaysia, Irak, Maladewa, dan Turki.

Kekerasan terhadap minoritas Muslim India oleh nasionalis Hindu telah meningkat sejak negara itu dikuasai oleh partai BJP. Ditambah lagi sikap diam Perdana Menteri Modi atas serangan-serangan itu sejak dia terpilih pada 2014, membuat kaum nasionalis hindu semakin bertingkah congkak.

Tidak sedikit dari mereka yang berniat menjadikan hindu sebagai agama satu-satunya di India. Mereka bahkan secara brutal melarang anak-anak Muslim menggunakan jilbab di lingkungan sekolah. 

https://www.trtworld.com/asia/protests-in-bangladesh-call-for-condemnation-of-anti-islam-comments-58035

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement