Senin 12 Sep 2016 19:35 WIB

Eksklusif : Testimoni Ulama Irak tentang Saddam Hussein

Syekh Abdurrahman as-Sa'di
Foto: Dok Jatman
Syekh Abdurrahman as-Sa'di

REPUBLIKA.CO.ID,  Mantan presiden Irak, Saddam Hussein, yang dihukum gantung dan dituding oleh AS dan sekutunya atas kepemilikan senjata pemusnah massal (dan tak terbukti  hingga kini), ternyata memiliki kedudukan tersendiri di mata orang dekat yang pernah mengenalnya.

Pengakuan itu, setidaknya terungkap dari sosok Syekh Abd al-Malik Abd ar-Rahman as-Sa’di, Guru Besar Universitas Islam Internasional, Amman, Yordania.

AS dan sekutunya berkonspirasi menggulingkan Saddam lantaran pada masa-masa akhir hidupnya, berkomitmen dan berkeinginan kuat memerdekan Palestina dari cengekereman Zionis Israel.

“Saddam setelah 1990, memang banyak perubahan dalam dirinya. Komitmennya terhadap dunia Islam sangat kuat,” ujarnya di sela-sela kunjungannya ke Pekalangon beberapa waktu lalu mengikut Konferensi Internasional Bela Negara Ulama Tarekat.

Wartawan Republika, Nashih Nashrullah, berkesempatan berbincang langsung dengan sosok yang pernah beberapa kali bertatap muka dengan Saddam itu, sebelum akhirnya, Syekh as-Sa’di, memutuskan hijrah dan menetap ke Amman, Yordania. Berikut petikan perbincangannya: 

Ceritakan sekilas mengapa Anda memilih meninggalkan Irak dan menetap di Yordania?

Saya lahir dan dibesarkan di Irak. Keluarga besar dan kakek moyang saya di sana. Tetapi karena kondisi politik yang tidak memungkinkan, desakan dari partai penguasa ketika itu, Partai Ba’ts agar saya keluar dari Irak begitu kuat.

Saya akhirnya hijrah ke Yordania jauh sebelum Agresi Amerika Serikat 2003. Tekanan tersebut bukan muncul dari Saddam Hussein, tetapi justru datang dari pejabat teras di partai itu.

Hubungan saya dan Saddam baik, tak ada masalah. Ketika Agresi AS atas Irak, mereka sempat menahan beberapa putraku yang masih bertahan di Irak, meski akhirnya dibebaskan.

Dan, lebih dari 16 tahun, saya berdomisili di Yordania sekarang.

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement