REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Perubahan iklim menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi pertanian Indonesia. Luasnya kondisi daerah di Indonesia membuat kondisi iklim tidak merata.
Deputi Bidang Klimatologi BMKG Mulyono Rahadi Prabowo mengatakan, musim hujan dan kemarau banyak dipengaruhi letak geografis dan tipografis ditambah kondisi lingkungan yang sudah banyak berubah.
"Lingkungan banyak berubah belakangan ini sehingga banyak mempengaruhi aktivitas sektor pertanian," katanya melalui siaran resmi yang Republika.co.id terima, Kamis (15/9).
Ia menambahkan, daerah-daerah yang menjadi resapan air banyak berkurang sehingga proses penguapan air pun juga terpengaruh. Dibandingkan 30 tahun lalu, kata dia, banyak terjadi pergeseran. "Dulu tutupan lahan masih cukup banyak begitu juga sumber mata air yang menjadi sumber uap air yang banyak berkurang. Sehingga pertanian jadi sulit memprediksi iklim," ujarnya.
Prabowo menjelaskan, pihaknya bersama Kementerian Pertanian dan kementerian lainnya akan terus bersinergi dalam menanggulangi dampak-dampaknya agar program pencapaian swasembada pangan dapat tercapai. BMKG dan Kementan akan bersinergi terkait pemanfaatan data-data yang dihasilkan BMKG.
Upaya itu diakuinya dapat mengantisipasi penanggulangan dampak-dampak perubahan iklim agar kerugian dapat berkurang, baik dari sisi produksi maupun ekonomi.
Hasil pertemuan United Nations Climate Change Conference (UNCCC) Juni 2014 di Berlin menyampaikan, selama 10 tahun terakhir suhu bumi semakin meningkat dan sangat berbeda dengan kondisi 30 tahun yang lalu. Demikian juga hasil pertemuan COP 21 di Paris, perubahan iklim dan kenaikan suhu bumi terus terjadi.