Selasa 20 Sep 2016 15:30 WIB

Tanya Muneera Williams, Rapper Jamaika yang Bersyahadat

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Agung Sasongko
Tanya Muneera Williams
Foto: Youtube.com
Tanya Muneera Williams

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tanya merupakan rapper hip hop asal Jamaika yang menjadi Mualaf. Dia memilih Islam, karena agama ini mampu menjawab diskriminasi ras dan warna kulit yang dialaminya sejak kecil dan agama sebelumnya tak bisa menjawabnya.

Dilansir dari Independent, Selasa (20/9), banyak pihak khususnya feminis yang mempertanyakan jilbab yang digunakannya. Bahkan menduga dia mengalami pemaksaan penggunaan jilbab dari suami atau ayahnya, tanpa mereka ketahui ayahnya masih tak beragama.

Banyak pihak mencari tahu alasan seseorang menjadi mualaf, seperti Dubes Inggris untuk Saudi, Simon Collis, tak terkecuali Tanya yang merupakan gadis kulit hitam asal Jamaika. Hidup di era 80-an dengan kedua orang tuanya tak pernah terlintas dan mengenal soal Islam.

Tanya dibesarkan di gereja, tetapi kemudian dia meninggalkannya karena di sana dia tak menemukan jawaban mengenai ras dan gender. Dia bukanlah remaja yang hidup biasa-biasa saja.

Kehidupannya dikelilingi dengan pesta sambil bermain musik jazz atau reggae sambil berdiskusi mengenai filsafat, agama dan arti hidup. Dia pun sempat mendalami ajaran Malcolm X dan membaca buku feminis Maroko Fatima Mernissi.

Tanya masuk Islam pada 16 Juni 2005, bertepatan dengan tiga pekan sebelum serangan teror di stasiun kereta di London 7 Juli 2005 lalu. Peristiwa itu juga berdampak langsung pada Tanya yang telah memeluk Islam.

Tanya mengenang saat dirinya sebelum mualaf, bagaimana masyarakat melakukan diskriminasi ras dan gender. Bagi dia, ini lebih mengganggu daripada Islamofobia yang terang-terangan disuarakan di dunia maya. Dia bisa melepaskan kefanatikannya, tetapi orang yang ditemuinya sehari-hari memusuhinya tetapi anehnya bisa bicara normal mengenai perubahan iklim di Inggris.

Tetapi ternyata, diskriminasi warna kulit masih dialaminya, meskipun Islam memiliki sejarah panjang di Afrika dan Alquran mengajarkan untuk tidak melakukan diskriminasi. Tanya bertemu dengan kelompok hip hop yang berpaham feminis.

Dia berpikir, orang-orang feminis berpikiran terbuka, tetapi setelah melihat dia berjilbab, anehnya mereka berpikir, Tanya mengalami penindasan dari suami dan ayahnya kemudian dipaksa berjilbab.

Kemudian, dia bertemu dengan kelompok hip hop yang kini menjadi komunitasnya. Mereka lebih berbaur dan merangkul seluruh anggota tanpa membeda-bedakan. Ini merupakan sebuah keragaman dan berharap menjadi bagian dari masa depan di Inggris. n Ratna Ajeng Tejomukti  

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement