Rabu 21 Sep 2016 13:38 WIB

Tolak Jabat Tangan dengan Bukan Muhrim, Salhani Kalah di Sekolah

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Teguh Firmansyah
Jabat tangan pria dan wanita (ilustrasi).
Foto: wordpress.com
Jabat tangan pria dan wanita (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,  BERN -- Sebuah sekolah di Therwil Swiss menolak gugatan Salhani, anak laki-laki Muslim berusia 15 tahun, yang sebelumnya diminta berjabat tangan dengan seorang guru wanita.

Keputusan Dewan Sekolah didukung oleh Kepala Dinas Pendidikan Kota Therwil, Monica Gschwind. Menurutnya, ritual jabat tangan bukan hanya sebagai tanda kesopanan, melainkan budaya yang telah mengakar di dalam masyarakat Swiss. "Bagi saya, jelas jabat tangan perlu diberlakukan. Agama apapun harus menghormati tradisi di Swiss," jelasnya, dikutip dari RT.

Salhani dan kakaknya menjadi pembicaraan setelah mereka menolak menjabat tangan seorang guru wanita pada Mei lalu. Mereka bersikeras tidak bisa melakukan kontak fisik dengan lawan jenis, kecuali keluarga. Jabat tangan dengan lawan jenis juga bertentangan dengan ajaran agama Islam.

Orang tua Salhani meminta agar sekolah tidak memerintahkan anaknya untuk berjabat tangan dengan guru wanita. Namun Dewan Sekolah mengatakan, berjabat tangan adalah hak guru.

Pada awalnya, sekolah Salhani mencoba membuat keputusan kontroversial. Siswa tidak harus melakukan jabat tangan dengan guru perempuan. Namun keputusan itu memicu kritik dari berbagai pihak.

Pemerintah setempat kemudian memutuskan, seseorang yang menolak mengikuti tradisi Swiss untuk berjabat tangan akan didenda dan mendapatkan tindakan disipliner lainnya.

Baca, Cara Berjabat Tangan Muslim Dipersoalkan di Swiss.

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement