REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Islam moderat ala Indonesia menjadi daya tarik tersendiri bagi Eropa di tengah-tengah isu islomofobia di kawasan tersebut.
Kesimpulan ini mengemuka pasca Safari Dakwah Islam Wasathiyah 2016 ke beberapa negara Eropa, yang dilakukan oleh Ketua Komisi Dakwah Dan Pengembangan Masyatakat MUI Pusat, KH M Cholil Nafis.
Menurutnya ulama Indonesia harusnya ikut menyuarakan dakwah Islam yang moderat di benua biru ini dan memberikan informasi seimbang tentang Islam.
Ini penting agar tidak salam paham tentang ajaran Islam, dan selanjutnya tidak menjadi paham yang salah.
“Inilah pesan pentingnya pemahaman Islam yang moderat ( Islam wasathy) kepada masyarakat Eropa,” katanya melalui pesan whatsapp kepada Republika.co.id, Kamis (22/9).
Cholil menukilkan fakta sejarah masuknya Islam di Eropa yang ditempuh dengan jalan kekuasaan dan ekspansi.
Akibatnya Islam tidak berlangsung dapat diterima oleh masyarakat Eropa juga bahasa Arab tidak diterima di Eropa Seusai Islam berkuasa di Eropa tak membekas di masyarakatnya.
“Bahkan akhir-akhir ini di sebagian Eropa banyak orang phobia dengan Islam dan orang Arab dengan stigma teroris.”
Mantan Wakil Ketua Bathsul Masail PBNU ini, mengatakan moderasi Islam Indonesia telah diterjemahkan ke dalam Islam Nusantara oleh Nahdlatul Ulama dan Islam Berkemajuan menurut Muhammadiyah.
MUI, ungkap Cholil, merumuskan moderasi Islam tersebut pada Musyawarah Nasional di Surabaya 2015.
Islam wasathy adalah ialah Islam moderat yang dapat menjadi garis tengah (syuhada’ ‘alannas) dari semua pemahaman yang ekstrem, baik ekstrem kanan atau kiri.
“Intinya, Islam menyebarkan pemahaman yang pro perdamaian yang berpegang teguh pada prinsip keimanan dan dialog antara umat beragama,” tuturnya.
Dia menegaskan bagaimanapun pluralitas keyakinan sesuatu yang niscaya, memeluk Islam adalah Hidayah dan berdakwah kepada yang lain tentunya dengan Hikmah dan dialog yang ramah.
Safari dakwah Eropa ini dimulai dari 16 September di Belanda, dan rencananya akan berakhir di Austria 29 September mendatang.