REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Nilai tukar rupiah mengalam penguatan dalam perdagangan Rabu (28/9) ini. Bloomberg melansir, nilai tukar rupiah menguat 21 poin ke posisi Rp 12.934 per dolar AS, dari perdagangan kemarin di angka Rp 12.955 per dolar AS.
Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah menguat 101 poin ke level 12.926 per dolar AS, dari hari sebelumnya yang sebesar 13.027 per dolar AS.
Analis pasar dari Forextime Cindy Melisa mengungkapkan, penguatan rupiah terhadap dolar AS sejak Selasa (27/9) kemarin disebabkan oleh beberapa faktor penting, seperti kemenangan Hillary Clinton di debat calon presiden putaran pertama yang meningkatkan selera investor pada aset pasar berkembang. Selain itu, penguatan rupiah ini didukung pula oleh optimisme bahwa program amnesti pajak Indonesia akan menunjukkan hasilnya di bulan September sehingga PDB pun diharapkan terdongkrak.
Cindy menambahkan, walaupun Bank Indonesia baru-baru ini memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 5 persen untuk mendorong permintaan domestik, sentimen terhadap Indonesia masih tetap positif.
"Ekspektasi peningkatan suku bunga Fed di tahun 2016 semakin menipis sehingga Rupiah berpotensi terus menguat menuju Rp 12.900," jelas Cindy, Rabu (28/9).
Di sisi lain, lanjutnya, pasar finansial mengalami volatilitas ekstrem dalam beberapa pekan mendatang karena kombinasi antara ketidakstabilan harga minyak, masalah Brexit, dan antisipasi menjelang pemilihan presiden AS. Cindy menilai, meski saham Asia berhasil memasuki teritori hijau pasca debat, peningkatan di Eropa segera surut kembali karena kerugian besar yang diderita sektor perbankan dan manufaktur mobil.
"Harga minyak WTI mencapai level resistance di bawah 46 (dolar AS per barel) pada perdagangan hari Selasa karena pupusnya optimisme bahwa rapat informal OPEC di Algeria akan dapat menghasilkan kesepakatan," ujarnya. N Sapto Andika Candra