Dari pendaftaran tersebut, para pengikut kemudian diminta untuk menebus mahar hingga belasan juta rupiah agar diberikan kotak ATM. Kotak itu diklaim mampu mengeluarkan uang setiap harinya sebesar Rp 5 juta.
‘’Sedikitnya ada 173 orang yang ikut Dimas Kanjeng itu. Bahkan, keyakinan mereka sudah kepada Dimas Kanjeng, bukan lagi kepada Allah,’’ ujar warga desa setempat, Agus, yang dulu sempat ditawari menjadi pencari pengikut Dimas Kanjeng.
Ironisnya, para pengikut yang sering bolak-balik ke Probolinggo itu tak bisa diingatkan untuk kembali ke jalan yang benar. Keyakinan mereka kepada Dimas Kanjeng dengan harapan mendapatkan uang berlipat ganda, telah merusak kehidupan sosial mereka.