REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Pemkab Purwakarta membuka lowongan pekerjaan di sektor pendidikan. Pasalnya, daerah ini akan memberdayakan guru rohani dari seluruh agama untuk mengajar di sekolah. Tambahan pelajaran ini, diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan agama bagi para pelajar. Terutama, mereka yang belum bisa membaca dan menulis kitab.
Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi mengatakan, hari ini, pihaknya mengumpulkan tokoh lintas agama guna membahas permasalahan ini. Pihaknya ingin, memberikan ruang kepada para guru rohani ini, untuk bisa mengamalkan ilmunya di sekolah-sekolah. Jadi, tak hanya guru ngaji di agama Islam saja yang nantinya bisa berkarya di sekolah tersebut. "Seluruh guru rohani dari semua agama, kita rekrut. Mereka akan mengajar di sekolah," ujar Dedi, kepada Republika, Senin (10/10).
Menurut Dedi, guru rohani tersebut akan difokuskan mengajar baca tulis kitab. Seperti, di Agama Islam maka fokus pada membaca dan menulis Alquran serta ditambah mengaji kitab kuning.
Para guru agama itu, kata Dedi, akan mengajar di sekolah-sekolah milik pemda. Yaitu, dengan sasaran muridnya pelajar SD sampai SMP. Mereka mengajar di luar jam pelajaran sekolah. Jadi, bagi pelajar SD sampai SMP itu akan ada tambahan pelajaran. "Yakni, mengaji kitab," ujarnya.
Adapun kebutuhan untuk guru rohani ini, lanjut Dedi, sebanyak 582 guru. Terdiri dari, 551 guru agama Islam, 25 guru agama Kristen, tiga guru agama Hindu, dan tiga guru agama Budha. "Karena, Islam di Purwakarta mayoritas, maka kebutuhan guru ngajinya cukup tinggi," ujar Dedi.
Untuk merealisasikan itu, pihaknya akan menyeleksi calon guru rohani itu. Karenanya, pemda bekerja sama dengan tokoh lintas agama untuk mengusulkan calon guru rohani tersebut. Jika sudah sesuai standarisasi pemda, para guru rohani itu bisa langsung mengajar di sekolah-sekolah.
Tentunya, kata Dedi, jadwal mengajarnya disesuaikan dengan jadwal pelajaran sekolah. Terkait dengan honorariumnya, Dedi akan mengalokasikan angaran sebesar Rp 10 miliar. Masing-masing guru, akan mendapatkan honor sebesar Rp 1,5 juta per bulan. Alokasi untuk honorarium ini, diambil dari pengalihan subsidi anggaran pembelanjaan SMA. "Para guru rohani ini, bisa mengajar terhitung 1 Desember mendatang," ujarnya.
I Made Kandhi, guru rohani agama Hindu, mengaku, sangat mengapresiasi dengan rencana pemda ini. Mengingat, saat ini, pelajaran agama di sekolah masih dinilai kurang. Dengan adanya tambahan pelajaran agama ini, diharapkan bisa meningkatkan pengetahuan agama bagi anak-anak SD dan SMP tersebut. "Biasanya, pelajaran agama di sekolah hanya dua jam per pekannya. Ked epan, akan ada tambahan jam pelajaran agama," ujarnya.