Selasa 11 Oct 2016 18:36 WIB

Singapura Tutup Bank Asing Terkait Skandal 1MDB

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Nidia Zuraya
Singapura
Singapura

REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Otoritas Moneter Singapura, Monetary Authority of Singapore (MAS) memerintahkan bank swasta dari Swiss, Falcon Bank yang terkait dengan 1MDB ditutup pada Selasa (11/10). Dua bank lain dikenakan denda karena melanggar aturan pengendalian pencucian uang.

Dalam pernyataan, MAS mengatakan Falcon Bank telah menunjukkan ketidakpemahaman akut dan berkelanjutan atas harapan juga kebutuhan badan anti-pencucian uang tersebut. Ini adalah perkembangan terbaru dalam penyelidikan aliran uang pada 1MDB.

Falcon akan kehilangan status bank merchant-nya di Singapura. Managernya, Jens Sturzenegger juga telah ditahan pekan lalu tanggal 6 Oktober.

Bank merchant ini melakukan pelanggaran termasuk tidak melaporkan transaksi mencurigakan. Falcon juga tidak memberi peringatan pada otoritas tentang aktivitas mencurigakan di rekening-rekening nasabah.

"Falcon melakukan kegagalan serius dalam pengendalian anti-pencucian uang dan tindakan tak layak oleh managemen senior di Swiss dan Singapura," kata pernyataan MAS.

Pengawas keuangan Swiss juga menemukan Falcon gagal melakukan pemeriksaan latar belakang transaksi dan hubungan bisnis. Falcon pun didenda 2,5 juta dolar AS dan dilarang berhubungan dengan pihak asing selama tiga tahun.

Lebih lanjut, Swiss Financial Market Supervisory Authority atau Finma mengatakan pelanggaran ini pun membuat lisensi Falcon ditarik. Dua mantan anggota eksekutif Falcon pun sedang menghadapi penyelidikan di Swiss.

CEO Finma, Mark Branson mengatakan isu yang meliputi 1MDB telah jadi satu kasus dugaan korupsi terbesar di ranah global. "Sistem keuangan global telah sangat disalahgunakan," kata Branson dalam pernyataan.

Finma mengatakan Falcon memegang aset senilai 3,8 juta dolar AS terkait grup 1MDB. Menurutnya, dana tersebut ditransfer dengan cepat dan berisiko tinggi. "Falcon gagal menyelidikinya secara layak," kata dia.

Pada 2013, Falcon pun pernah didenda 300 ribu dolar Singapura karena lemahnya kontrol untuk penerimaan klien dan kurangnya pengawasan transaksi. MAS kemudian menemukan pelanggaran yang lebih besar dua tahun kemudian. Managemen senior diketahui bertindak tidak profesional.

Menanggapi putusan baru, Falcon menyayangkan keputusan Singapura. Dalam pernyataan, bank swasta ini menyebut keputusan Singapura sangat disesalkan dan mengecewakan. Padahal, Falcon mengaku telah tertib dalam berbisnis di negara tersebut.

Falcon didirikan di Zurich dan dikenal sebagai AIG Private Bank ketika mulai beroperasi di Singapura pada 2008. Namanya diubah jadi Falcon pada 2009. Bank ini dimiliki oleh Perusahaan Investasi Minyak Internasional di Abu Dhabi.

Selain itu, dua bank yang harus membayar denda adalah bank terbesar di Asia Tenggara, DBS dan UBS. DBS didenda 726 ribu dolar AS atau 1 juta dolar Singapura dan UBS didenda 1,3 juta dolar Singapura.

"Penyimpangan di DBS dan UBS terkait dengan pekerja bank tertentu yang tidak menjalankan tugasnya secara efektif," kata MAS. Meski demikian, mereka tidak menemukan kelemahan mendalam pada dua bank tersebut.

Pada Juli, MAS telah mengumumkan akan memberi tindakan tegas pada empat bank yang terkait dengan 1MDB. Pada Mei, MAS juga telah menutup bank Swiss lainnya, BSI karena pelanggaran yang sama.

Ini menjadi pertama kalinya MAS memerintahkan sebuah bank tutup dalam kurun waktu 32 tahun. BSI yang berbasis di Lugano, Swiss itu ditutup karena pelanggaran aturan anti-pencucian uang, lemahnya pengawasan managemen dan penyalahgunaan dana oleh sejumlah staf.

sumber : BBC
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement