Makkah 585 Masehi, Mush'ab, dan Kisah Hidup Lelaki Berumur 30 Tahun
Oleh: Sammy Abdlulah, Jurnalis Republika
Makkah, 585 Masehi. Hidup seorang pemuda bernama Mush’ab bin Umair. Dia terlahir dari keluarga kaum Quraisy yang ternama. Selain kaya raya, Mush'ab juga dikaruniai penampilan yang menawan.
Rasulullah dalam hadist riwayat Hakim pernah berkata, "Aku tidak pernah melihat seorang pun di Mekah yang lebih rapi rambutnya, paling bagus pakaiannya, dan paling banyak diberi kenikmatan selain dari Mush’ab bin Umair."
Namun memasuki usianya yang ke-30-an, pemuda yang kalau sekarang dikenal dengan istilah 'dandy' ini, memilih meninggalkan segala kemapanannya. Ini demi berjuang bersama Rasulullah dalam menyebarkan agama Islam.
Sebuah keputusan yang jelas disadari Mush'ab akan membawanya keluar dari zona kenyamanan. Namun keputusan ini pula yang pada akhirnya membuat nama pemuda Makkah ini dikenang hingga sepanjang massa.
Kisahnya pada Perang Uhud (625 M) meninggalkan sebuah cerita nan melegenda. Kala itu, Mush'ab ditahbiskan sebagai pembawa bendera kaum Muslim untuk berperang melawan kaum Quraisy.
Tersudut pada posisi tempur, tak membuat Mush'ab gentar. Dia tetap berdiri tegak memegang bendera panji Islam. Sekalipun tangan kanannya harus putus terkena tebasan pedang dari Ibnu Qumai-ah al-Laitsi, langkahnya tak goyah.
Kondisi yang kritis masih tak membuat Mush'ab mundur walau selangkah. Dia lantas memindahkan bendera itu ke tangan kiri.
Ibnu Qumai-ah al-Laitsi pun kembali menebas tangan kiri Mush'ab dengan pedangnya. Jadilah Mush'ab bertahan tanpa kedua tangan. Walau begitu, tekadnya menjaga tugas sebagai pembawa bendera tak ditinggalkannya. Padahal saat itu, kondisi fisiknya sedang sekarat.
Dia lantas medekap bendera Islam dengan badannya. Aksi yang kemudian mengantarkan Mush'ab menghembuskan nafasnya yang terakhir. Sebab panah-panah dari kaum Quraisy menembus tubuhnya yang masih muda dan kokoh itu.
Mush'ab pun menjadi sahabat Rasulullah yang syahid pada usia muda. Usai perang Uhud, Rasulullah berkeliling medan perang untuk mencari sahabatnya yang gugur. Rasul begitu sedih ketika melihat jenazah Mush'ab.
Rasul lantas berkata, "Sungguh aku melihatmu ketika di Mekah, tidak ada seorang pun yang lebih baik pakaiannya dan rapi penampilannya daripada engkau. Dan sekarang rambutmu kusut dan (pakaianmu) kain burdah.”
Sahabat Rasul yang lain, Abdurrahman bin Auf, tak kuasa membendung tangisnya begitu melihat Mush'ab gugur pada usia relatif muda.
"Mush’ab bin Umair telah wafat terbunuh, dan dia lebih baik dariku. Tidak ada kain yang menutupi jasadnya kecuali sehelai burdah”. (HR. Bukhari)
Abdurrahman bin Auf pun hanya bisa menangis hingga tak sanggup menyantap makanan.