REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Pangeran Kekaisaran Turki Naz Osmanoglu mengatakan, dulu kakeknya dilahirkan di Istana Dolmahbahce. Kakeknya juga tidur di dalam boks emas.
"Tapi sekarang saya harus membayar 30 lira untuk melihat istana kakek saya. Saya memang punya gelar pangeran tapi saya tak punya kekayaan," kata Osmanoglu, Selasa, (25/10).
Osmanoglu memiliki gelar pangeran His Imperial Highness Prince Nazim Ziyaeddin Nazim Osmanoglu. Berdasarkan silsilah kekaisaran, ia merupakan garis keturunan ke-17 untuk mendapatkan mahkota Kekaisaran Turki.
Namun sayangnya ia tak akan pernah mendapatkan mahkota Kekaisaran Turki sebab Turki telah berubah dari sistem monarki menjadi sistem Republik. Pada 1923, sistem monarki di Turki dihapuskan diganti dengan Republik Turki oleh Mustafa Kemal Ataturk.
Kekaisaran Turki jatuh setelah ikut Perang Dunia Pertama di bawah kepemimpinan kakek buyut Osmanoglu, Sultan Mehmet V. Sejak jatuh dan dibentuknya Republik Turki, 150 anggota Kekaisaran Turki diusir dari Istanbul pada 1924.
Para anggota keluarga Kekaisaran Turki banyak yang melarikan diri ke Eropa, Amerika, dan Timur Tengah. Melarikan diri ke negara-negara asing membuat mereka jatuh miskin.
Osmanoglu yang sekarang merupakan komedian di Inggris memutuskan mengunjungi Turki karena terpesona oleh kejayaan Kekaisaran Turki yang digaungkan oleh Presiden Recep Tayyip Erdogan dalam pidatonya.
"Saat mengunjungi istana kakek saya, saya benar-benar merasakan pelukan yang nyata. Saya benar-benar merasakan kebangkitan hidup," katanya.
Osmanoglu dibesarkan di Yordania dan Dubai sebelum akhirnya sekolah di Inggris. Ia mengatakan, pertama kali datang ke Turki sangat berat bagi ayahnya. "Ayah saya seorang pilot yang setengah hidupnya ditutupi sebagai anggota Kekaisaran Turki. Ayah saya sampai saat ini masih merasa kehilangan dengan dihapuskannya Kekaisaran Turki," kata Osmanoglu.
Osmanoglu mengaku bangga dengan sejarah keluarganya yang luar biasa. Ia merupakan keturunan Sultan Turki yang kekaisarannya sangat disegani dan ditakuti di seluruh Eropa bahkan ke Transilvania. Saat ini baik Osmanoglu dan ayahnya mendapatkan kewarganegaraan Turki.
"Saya kira yang diperlukan adalah membunuh 16 orang untuk menjadi Sultan Turki," katanya sembari tertawa.