REPUBLIKA.CO.ID, MONTREAL -- Ungkapan lama yang menyebut agama membawa pengikutnya pada radikalisasi dan perlawanan terhadap masyarakat, dibantah hasil studi mahasiswa perguruan tinggi di Montreal, Kanada. Studi yang dilakukan delapan mahasiswa Perguruan Tinggi CEGEP, Montreal, Kanada ini dipimpin oleh Dr Cecile Rousseau.
Rousseau sudah memulai studi radikalisasi di kalangan anak muda setelah setengah lusin mahasiswa College de Maisonneuve meninggalkan Kanada untuk bergabung dengan ISIS. Studi yang dia lakukan bersama mahasiswanya dilakukan di Provinsi Quebec, Kanada, dengan melibatkan 1.894 mahasiswa.
Studi ini menunjukkan mereka yang berpegang pada ajaran agama, justru tidak memiliki kecenderungan untuk bergabung dalam pergerakan radikal yang melancarkan aksi kekerasan. "Beragama dan menjadi relijius, jadi faktor proteksi yang kuat dan berefek langsung melawan radikalisasi sekaligus juga menurunkan dampak negatif aneka kejadian hidup mereka," tutur Rousseau, demikian dikutip CTV Montreal, Selasa (25/10).
Sementara itu, mahasiswa yang lahir di Quebec dan tidak menganut suatu agama apapun dan merupakan generasi ke dua imigran yang datang ke sana cenderung ikut gerakan radikal dibanding generasi imigran pertama yang memeluk satu agama. Penelitian ini juga menemukan alasan para pemuda jadi radikal adalah pengalaman pernah menjadi korban kekerasan atau diskriminasi atau pernah mengalami depresi.
Selain itu, pemuda di bawah usia 25 tahun punya kecenderungan lebih besar untuk jadi radikal. "Faktor utamanya adalah pengalaman hidup yang tidak menyenangkan seperti diskriminasi atau korban kekerasan," kata Rousseau.
Studi ini bukan yang pertama yang menyimpulkan agama bukanlah faktor pemicu radikalisasi. Pada Agustus lalu, Centre for the Prevention of Radicalization Leading to Violence (CPDLV), Kanada, juga mempublikasikan sebuah laporan yang menunjukkan para pemuda yang ditarik dalam radikalisasi kurang memiliki ikatan dengan agamanya. Namun, mereka merasa menjadi korban atas polarisasi diskursus Islam.
Sekolah merupakan tempat bersosialisasi yang juga sekaligus menjadi tempat saling memengaruhi antar teman, baik pengaruh buruk maupun baik. Peneliti isu ini, Monique Magnan dari Vanier College, Kanada, menemukan hasil yang menarik. "Kami punya banyak organisasi agama, Islam, Yahudi, Kristen. Agama penting bagi perguruan tinggi kami dan menemukan agama justru jadi faktor proteksi mereka," kata Magnan.