REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Keluarga Besar Pelajar Islam Indonesia (KB PII) Nasrullah Narada mendesak pemerintah bertindak adil dan tidak pandang bulu dalam kasus penistaan Al Qur'an. Untuk itu kepada seluruh KB PII untuk bergerak dan bergabung dengan elemen umat Islam lainnya dalam menuntus penuntasan kasus yang melibatkan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) tersebut.
"Isu SARA yang dipicu oleh adanya pernyataan yang menghina Al-Qur'an (Kitab Suci Umat Islam) sudah tidak dihiraukan bahkan cenderung dinafikan. Bila terus dibiarkan kecenderungan inilah akan memberi dampak fatal bagi kehidupan bernegara,'' kata Nasrullah, dalam pembukaan Musyawarah Wilayah (Muswil) KB PII Sulawesi Selatan Sabtu (29/10).
Nasrullah mengingatkan situasi bangsa semakin berbahaya sebab di saat meluasnya tuntutan dan unjuk rasa penuntasan kasus penghinaan Alquran, pada saat ini bangsa Indonesia tengah berada dalam kondisi terpuruk serta terombang ambing. Di bidang ekonomi, pertumbuhan ekonomi riil ekonomi cenderung stagnan.
"Pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan hanya 5 persen pada tahun 2016, dan asumsi makro di 2017, menunjukkan pertumbuhan ekonomi cenderung mandek" ungkapnya melalui release yang dikirimkan ke Republika.co.id
Selanjutnya, ketimpangan ekonomi sangat terasa di daerah daerah bahkan diperkotaan, hal ini ditunjukkan dengan ratio indeks gini yang kian melebar.
Kemudian, lanjut Nasrullah di bidang hukum, ketidakadilan perlakuan hukum semakin terasa. "Tiba-tiba mantan Dirut BUMD ditahan dengan tuduhan yang samar," ungkapnya.
Sementara ada kasus besar yang merugikan negara didiamkan, "seperti RS Sumber Waras yg hasil temuan BPK juga mengindikasikan kerugian negara yg sangat besar dan kasat mata" kata Nasrul.
Di bidang sosial kemasyarakatan dan keagamaan, lanjut Nasrul para pemimpin bangsa nampaknya disibukkan dengan kepentingan pribadi, kelompok, partai politik bahkan persiapan pembentukan timses untuk memenangkan diri masing-masing.
Maka Nasrullah mengimbau kepada KB PII seluruh Indonesia khususnya Sulsel, agar membuka mata, telinga dan hati untuk bisa mengambil peran dalam setiap sisi kehidupan bernegara, untuk menambal kebocoran-kebocoran yang telah dilupakan oleh pemerintah.
''Saya ingatkan, tugas KB PII, kata Nasrullah adalah mengembalikan marwah dan harga diri bangsa seperti yang digelorakan oleh Bung Karno dan Bung Hatta,'' tegasnya.