REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Dalam sebuah survei, hampir seperempat dari total responden orang tua mengaku, tak meneruskan kepercayaan yang mereka anut kepada anak-anaknya. Pasalnya, mereka khawatir anak-anaknya akan terisolasi di sekolah.
Hasil survei Lembaga riset The ComRes bersama Theos, menunjukkan, 23 persen orang tua yang menjadi responden survei ini mengaku khwatir anak-anaknya akan dipinggirkan oleh teman-teman mereka jika para orang tua meneruskan keyakinan yang mereka pegang. Sementara itu, 26 persen orang tua menyatakan khawatir jika anak mereka menanyakan hal seputar agama dan mereka tak bisa menjawabnya.
Namun, kekhawatiran terbesar para orang tua adalah media sosial. Sebesar 34 persen responden menyatakan media sosial akan memberi dampak lebih besar terhadap keyakinan yang dianut anak-anak ketimbang pandangan para orangtua sendiri.
The ComRes dan Theos juga mendapati 31 persen orang tua memerhatikan apakah anak mereka akan menganut keyakinan yang sama dengan mereka atau tidak. Sebanyak 36 persen orang tua mengaku sebagai pemeluk Kristen dan sisanya adalah pemeluk agama lain.
Di antara orang tua yang mengaku percaya diri membicarakan soal agama dengan anak mereka, hanya 40 persen yang benar-benar bicara dengan anak mereka seputar agama. Sementara, sebagiannya menyatakan topik itu tak pernah muncul dalam diskusi keluarga dan 18 persen orang tua menyatakan bukanlah bagian tugas orang tua untuk mewariskan keyakinan mereka pada anak-anak mereka.
"Orang tua punya pengaruh terbesar atas keyakinan yang anak-anak mereka pegang melalui integritas dan otentikasi keyakinan mereka. Makin serius orang tua terhadap agama, makin mereka ingin anak-anak mereka memeluk agama yang sama," kata Kepala Riset Theos, Nick Spencer seperti dikutip The Telegraph beberapa waktu lalu.
The ComRes melakukan survei terhadap 1.013 orang tua, yang 458 di antaranya adalah penganut Kristen, 113 orangtua penganut agama lain, dan 423 orang tua sisanya mengaku tak menganut satu agama tertentu.