Ahad 13 Nov 2016 14:06 WIB

Aksi Unjuk Rasa Anti-Trump Terbesar di Tiga Kota AS

Pengunjuk rasa memegang poster besar dalam aksi 'Love Rally' menentang terpilihnya Donald Trump sebagai presiden. Massa beraksi di Washington Square Park menuju Union Square di New York, (11/111).
Foto: AP
Pengunjuk rasa memegang poster besar dalam aksi 'Love Rally' menentang terpilihnya Donald Trump sebagai presiden. Massa beraksi di Washington Square Park menuju Union Square di New York, (11/111).

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Ribuan pengunjuk rasa yang anti Donald Trump turun ke jalan-jalan di berbagai kota di seantero Amerika Serikat pada Sabtu untuk memprotes presiden yang baru terpilih itu.

Aksi unjuk rasa terbesar berlangsung di New York, Los Angeles dan Chicago. Para penyelenggara demonstrasi mengatakan mereka ingin memanfaatkan momentum setelah protes-protes selama beberapa malam yang dipicu oleh kemenangan yang mengejutkan taipan real estat itu dalam pemilihan presiden pada Selasa (7/11).

Di New York, beberapa ribu orang berunjuk rasa dengan damai di Fifth Avenue dengan toko-toko yang telah dihiasi dekorasi Natal, sebelum melintasi Trump Tower, kediaman pencakar langit presiden terpilih itu.

Mary Florin-McBride, 62, salah seorang pengunjuk rasa menyatakan rasa ketakutannya bahwa negaranya telah memilih presiden dengan kampanye-kampanyenya yang ia nilai rasis, kebencian terhadap wanita.

Mantan bankir dari New York itu membawa poster berisi tulisan "No Fascism in America."

Unjuk rasa juga terjadi di Los Angeles dan Chicago. Ribuan orang berkumpul di bawah pohon-pohon di MacArthur Park membawa poster-poster berisi antara lain "Dump Trump" dan "Minorities Matter," sebelum mereka bergerak ke pusat kota.

Sejumlah demonstran mengibarkan bendera-bendera Amerika dan Meksiko. Evelyne Werzola, 46, seorang imigran dari Afrika Selatan, mengatakan ia telah menyaksikan apa yang sebuah negara polisi dapat lakukan.

"Saya melihat orang-orang tertekan. Ini seperti detak jantung dari mimpi Amerika bagi saya. Jadi saya takut dengan apa Amerika dirikan untuk bertahan hidup," kata Werzola.

Ketakutan-ketakutan akan terjadi kekerasan meningkat di sekitar aksi-aksi unjuk rasa. Seorang pemerotes di Portland menderita luka-luka ketika ia ditembak Sabtu pagi ketika ia ikut unjuk rasa di Morrison Bridge. Seorang anak muda yang bersenjata melarikan diri setelah melakukan aksinya.

Polisi Portland mengakatakan kemudian bahwa mobil tersangka telah diketahui, sepucuk senjata disita dan empat orang ditahan. Mereka yang di dalam kendaraan itu diyakini berasal dari kelompok kriminal, demikian polisi dalam satu pernyataannya.

Sejauh ini aksi-aksi unjuk rasa relatif berjalan damai walaupun para pemerotes di Portland memecahkan kaca toko-toko, mencoret-coret dan merusak mobil-mobil pada Jumat malam sementara mereka bentrok dengan aparat keamanan yang menggunakan gas air mata dan peluru karet untuk membubarkan kerumunan.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement