Rabu 16 Nov 2016 19:38 WIB

Ini Empat Penyebab Turunnya Industri Indonesia

Rep: melisa riska putri/ Red: Budi Raharjo
Pekerja menyelesaikan pembuatan sepatu di pabrik sepatu. (ilustrasi)
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Pekerja menyelesaikan pembuatan sepatu di pabrik sepatu. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Ikatan Alumni (IA) ITB Ridwan Djamaludin menekankan perlunya reindustrialisasi di Indonesiaa. Sebab Kontribusi industri terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) saat ini masih rendah, sekitar di bawah 10 persen meski perekonomian Indonesia sedang dalam kondisi baik.

"Namun itu saja tidak cukup karena negara sebesar ini harus diperkuat industrinya," katanya kepada wartawan di kawasan Kuningan Jakarta, Rabu (16/11).

Untuk mendorong industri tersebut menurutnya diperlukan kerja sama berbagai pihak seperti pemerintah, swasta dan entrepreneur. Pihaknya sendiri saat ini tengah memilah industri yang akan menjadi unggulan untuk bisa berkembang di Indonesia.

"Misalnya kalau kita ke industri handphone sulit untuk bersaing di internasional. Lain halnya kalau kita ke industri pertanian, energi dan semacamnya," lanjut dia,

Menurutnya, selama ini industri Indonesia mengalami kemunduran karena tiga hal yakni inovasi, konsistensi penerapan kebijakan dan sikap mental. Indonesia telah memiliki sumber daya manusia dan sumber daya alam yang baik namun sayangnya tidak dapat melakukan inovasi secara maksimal.

Jika dalam skala angka maksimal 9, menurutnya Indonesia hanya bisa berhenti di enam dan tujuh. "Kita nggak bisa sampai sembilan," katanya.

Peran pemerintah dalam membuat kebijakan yang mendukung industri diakui Ridwan sudah ada namun  konsistensi penerapannya masih dianggap kurang. Kebanyakan kebijakan tersebut hanya sebagai kebijakan tanpa adanya aksi nyata. "Yang ketiga adalah sikap mental," ujarnya.

Ia mencontohkan, masyarakat Indonesia masih lebih bangga menggunakan produk luar dibanding merek dalam negeri, meski memiliki kualitas yang tidak kalah bagus.

Untuk menghindari kegagalan serupa, IA ITB pun akan menggelar pertemuan Indonesianisme Summit yang mempertamukan pemerintah, swasta dan entrepreneur. Dalam acara yang diadakan di Hotel Grand Sahid Jakarta 10 Desember tersebut diharapkan dapat dihasilkan masukan mengenai strategi industri inti untuk disampaikan kepada pemerintah.

Ketua Panitia Indonesianisme Summit Ahmad Rizal mengatakan, semangat Indonesianisme diharapkan dapat mendorong pemerintah, BUMN, korporasi dan teknopreneur memberi tempat pada insinyur dan tenaga kerja terlatih untuk berkarya dan berkreasi. PT Medco Energi Internasional dan PT Astra International Tbk telah memastikan diri untuk hadir dalam gelaran Indonesianisme Summit.

Kepala Humas PT Astra Internasional Yulian Warman mendukung upaya IA ITB untuk melakukan reindustrialisasi. Ia mengatakan, saat ini Indonesia dipaksa menghadapi persaingan global yang semakin ketat dengan kondisi di lapangan yang semakin kompetitif.

Indonesia memiliki banyak penduduk dan merupakan pasar yang besar sehingga perlu dijaga untuk Indonesia dapat bermain di pasarnya sendiri. "Untuk itu perlu adanya sinergi khusus," katanya.

Dalam mendukung potensi lokal, ia mengaku pihaknya telah menggunakan berbagai karya anak bangsa terutama untuk peralatan pertanian dan otomotif. Menurutnya penting bagi setiap masyarakat menghargai produksi dalam negeri.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement