Sabtu 19 Nov 2016 01:27 WIB

Kualitas Air di Cina Semakin Memburuk

Rep: Ahmad Fikri Noor/ Red: Andi Nur Aminah
Air sungai di Desa Xinmeizhou di Provinsi Zhejiang Cina
Foto: ABC
Air sungai di Desa Xinmeizhou di Provinsi Zhejiang Cina

REPUBLIKA.CO.ID, Cina terus berbenah dalam melawan kabut asap yang kerap menutupi kota-kota besarnya. Akan tetapi, di beberapa area seperti sebagian sungai Yangtse hingga ke perbatasan Mongolia polusi air justru semakin memburuk.

Kualitas air di sungai, danau, dan waduk di beberapa daerah secara signifikan terus memburuk berdasarkan hasil laporan tim pengawas kepada Kementerian Perlindungan Lingkungan Hidup Cina (MEP). Dalam dokumen yang dirilis pekan ini, para pengawas menemukan seperlima dari anak sungai Yangtse di satu provinsi sudah tidak bisa digunakan. Sementara, sekitar ribuan ton limbah masih terus dibuang ke sungai di Timur Laut Ningxia setiap hari.

Pada 2014, Cina telah meluncurkan deklarasi perang melawan polusi. Pemerintah pun berjanji akan memperbaiki kerusakan pada langit, sungai, dan tanah setelah terjadi pertumbuhan industri besar. "Masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan," ujar Wakil Menteri MEP Zhao Yingmin seperti dikutip dari Reuters pada Jumat (18/11)Yingmin mengakui, pemeriksaan tersebut dilakukan untuk mencari permasalahan di lapangan. Ia pun mengakui kualitas air semakin buruk di beberapa daerah.

Meski begitu, Yingmin menilai kondisi ini sudah terus membaik. Ia menyebut, selama sembilan bulan dari tahun ini, 70,3 persen sampel air dari 1922 sumber air permukaan di Cina bisa digunakan untuk air minum. Hal itu menunjukkan peningkatan sebesar empat persen dibandingkan tahun lalu.

Cina dihadapkan pada kekhawatiran kekurangan pasokan air yang bisa berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Survey yang dipublikasikan MEP tahun lalu menunjukkan dua per tiga air tanah dan sepertiga air permukaan Cina tidak bisa digunakan karena mengandung logam berat dan limbah.

Saat ini prioritas Cina adalah mengurangi polusi udara terutama di Beijing dan Hebei. Meski begitu, Direktur Institut Urusan Publik dan Lingkungan Ma Jun menilai persoalan air perlu mendapat perhatian besar dari pemerintah. "Untuk udara, hentikan sumber polusi maka langit biru akan kembali dengan cepat. Sementara untuk air, meski polusi sudah dihentikan, masih akan tersisa sedimen polusi dan itu akan membutuhkan waktu lama," ujar Jun.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement