Ahad 20 Nov 2016 14:31 WIB

Pariwisata Indonesia Tertinggal dari Negara Tetangga, Ini Alasannya

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Nur Aini
Wisatawan di Bukit Pergasingan, Sembalun, Lombok.  (Republika/ Wihdan Hidayat)
Foto: Republika/ Wihdan
Wisatawan di Bukit Pergasingan, Sembalun, Lombok. (Republika/ Wihdan Hidayat)

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Ketua Umum Perhimpunan Hotel dam Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani menyampaikan, masih banyak pekerjaan rumah atau PR yang harus dibenahi pariwisata Indonesia. Menilik negara tetangga, ia katakan, tingkat kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia masih tertinggal.

"PR kita, kunjungan wisman dibandingkan Malaysia dan Thailand, kita jauh tertinggal," katanya saat membuka Musda PHRI NTB di Lombok Plaza, Mataram, Jumat (18/11).

Pria yang juga menjabat sebagai Ketum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) ini menambahkan, pada 2015, kunjungan wisman ke Thailand lebih dari 29 juta orang, dan Malaysia sedikit di bawahnya dengan 25 juta orang. Sedangkan Indonesia, hanya menyentuh angka 10,4 juta wisman. Ia memprediksi jumlah kunjungan wisman ke Indonesia pada tahun ini pun tidak berbeda jauh dengan 2015, yakni hanya mencapai angka 11 juta, atau jauh dari target yang diusung pemerintah sebesar Rp 20 juta kunjungan pada 2019.

Menurutnya, faktor tertinggalnya pariwisata Indonesia dibandingkan dua negara tetangga, tak lepas dari tidak adanya kalender event yang jelas. Padahal, kalender event merupakan poin penting bagi turis asing untuk menjadwalkan kunjungan mereka ke suatu tempat. "Kesulitan lain, nggak niat, nggak fokus, nggak serius, dan nggak koordinasi. Kalau dikerjain dengan benar bisa," ujarnya.

Ia menilai, kebijakan bebas visa yang dilakukan pemerintah telah memberi dampak positif dalam peningkatan kunjungan wisman. Namun, masalah sosialisasi terkadang masih menjadi kendala utama. "Turis kadang masih digiring bayar yang visa on arrival 30 hari, itu kan nyebelin banget buat mereka. Ini PR kita bersama, kalau mereka datang di bawah 14 hari kan free," katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement