REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah menyatakan bahwa kerangka kerja sama dalam kemitraan ekonomi komprehensif regional (RCEP) dinilai jauh lebih siap dibandingkan dengan kemitraan trans-pasifik (TPP), terlebih jika Amerika Serikat pada akhirnya menarik diri dari kesepakatan itu.
Hal tersebut disampaikan Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita saat berdiskusi dengan wartawan di Jakarta, Selasa (22/11). Ia mengatakan, jika akhirnya Amerika Serikat dibawah kepemimpinan Presiden terpilih Donald Trump menarik diri dari TPP, kerja sama tersebut menjadi kurang menarik lagi.
"RCEP dilihat lebih maju dan memberikan kepastian. Sementara TPP, inisiatornya (Amerika Serikat) menarik diri," kata Enggartiasto.
Enggartiasto mengatakan, saat ini posisi RCEP dinilai mampu memberikan kepastian dibandingkan dengan TPP. Indonesia sendiri, baru menyatakan tertarik pada kerja sama yang dimotori Presiden Barack Obama tersebut, akan tetapi belum menyatakan bergabung.
Kemitraan Trans-Pasifik tersebut merupakan sebuah blok yang bukan hanya mengatur perdagangan dan jasa. Beberapa hal yang diatur adalah, penghapusan tarif ekspor-impor dan perlakuan sama antara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan swasta.
TPP diinisiasi oleh Amerika Serikat dan memiliki 12 anggota seperti Kanada, Australia, Jepang, Selandia Baru, Meksiko, Chile, Peru, serta empat negara Asia Tenggara, Malaysia, Singapura, Brunei dan Vietnam. Namun, kesepakatan tersebut masih belum diratifikasi.
Sementara RCEP merupakan gagasan untuk mengintegrasikan kerja sama ASEAN dengan negara-negara mitra dagang lainnya. Mitra dagang tersebut adalah Cina, Jepang, Korea Selatan, India, Selandia Baru, dan Australia.
"Tetapi, kita juga mempersiapkan diri, jika Presiden terpilih Donald Trump bertahan atau keluar dari TPP. Kita semua tidak berhenti, mari kita berjalan," ujar Enggartiasto.