Sabtu 26 Nov 2016 20:01 WIB

Castro, Penantang Sejati AS

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Esthi Maharani
Fidel Castro
Foto: .
Fidel Castro

REPUBLIKA.CO.ID, HAVANA -- Satu hal paling melekat dalam diri Fidel Castro adalah posisinya yang selalu menantang Amerika Serikat. Pemimpin revolusi Kuba yang baru saja wafat di usia 90 tahun itu menentang 10 presiden AS selama lima dekade ia berkuasa.

Pemerintahan Castro di pulau 90 km dari Florida diinvasi AS pada 1961. Krisis misil Kuba setahun kemudian membawa dunia pada jurang perang nuklir. Ia melawan AS habis-habisan. Ia selamat dari puluhan embargo AS, juga ratusan percobaan pembunuhan oleh CIA.

Castro adalah pemimpin termuda saat pertama kali menjabat, di usia 32 tahun. Selama beberapa dekade, ia menjadi inspirasi dan sumber dukungan bagi revolusi-revolusi lain di Amerika Latin hingga Afrika.

Saat mendengar berita kepergiannya, banyak penduduk tidak percaya. "Saya selalu percaya ia akan hidup selamanya, tapi itu memang tidak benar," kata Carlos Rodriguez, seorang remaja 15 tahun.

Fidel adalah anak seorang buruh di perusahaan gula milik AS. Ia lahir pada 1926 di Kuba dari ayahnya yang seorang imigran Spanyol. Bekerja di perusahaan AS membuatnya mampu membangun ladang sendiri hingga bisa sejahtera. Castro bisa belajar hingga ke Universitas Havana. Ia mendapatkan gelar sarjana ilmu sosial dan hukum di sana.

Masa pemberontakannya dimulai pada 1952, saat itu ia mencicipi kurungan jeruji besi untuk pertama kalinya. Ia menyerang barak militer Moncada di kota Santiago bersama banyak teman-temannya, termasuk Raul. Saat itu banyak rekannya yang tewas. Saat keluar penjara, ia pergi ke Meksiko dan membentuk band pemberontak yang akhirnya kembali pada 1956.

Tiga tahun kemudian, puluhan ribu orang tumpah di jalanan untuk merayakan jatuhnya kepemimpinan Fulgencio Batista. Castro muncul sebagai kandidat terkuat yang memenuhi kriteria pemimpin baru. AS adalah salah satu yang mengakui kepemimpinan Castro. Saat itu AS berharap Castro akan memilih demokrasi, bukan sosialis. Hingga akhirnya Castro menerapkan reformasi ekonomi radikal.

Castro mulai membuang perintilan AS dari negerinya. Ia menghukum pejabat pemerintahan lama di awal kepengurusan. 582 orang dieksekusi dalam dua tahun, 15 ribu orang dipenjara, ratusan ribu rakyat Kuba melarikan diri, media independen di tutup hingga homoseksual dikirim ke kamp untuk diluruskan.

Castro pindah ke blok Soviet dan Washington mulai membuangnya. AS memutuskan segala hubungan ekonomi. Sebagai ganti, Castro menyita satu milyar aset AS. Pemerintah AS memberlakukan embargo perdagangan hingga melarang ekspor.

Hubungan diplomatik pun diputus pada 1961. Pada tahun itu, Castro mendeklarasikan revolusi Kuba menjadi sosialis. Tahun berikutnya, 1.400 penduduk Kuba yang terasingkan menginvasi Teluk Babi. Invasi itu didukung oleh CIA AS.

Krisis terbesar dalam perang dingin antara Washington dan Moskow meledak pada 22 Oktober 1962. Saat Presiden John F Kennedy mengumumkan ada rudal nuklir Soviet di Kuba. Ia pun menerapkan blokade angkatan laut ke sana.

Namun setelah sepekan ketegangan yang membuat sulit bernafas, pemimpin Soviet Nikita Krushchev menarik rudal tersebut. Masa paling dekat ke perang nuklir itu pun bisa terlewati.

sumber : AP
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement