Senin 28 Nov 2016 03:47 WIB

Ketika Gus Sholah Berkelakar Soal Susi Jadi Presiden AS

Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti (dua kanan), Pengasuh Ponpes Tebuireng KH Salahuddin Wahid (kanan) membuka pencatatan rekor Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) di area parkir makam Gus Dur Ponpes Tebuireng Jombang, Jawa Timur, Jumat (18/11)
Foto: Antara/Syaiful Arif
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti (dua kanan), Pengasuh Ponpes Tebuireng KH Salahuddin Wahid (kanan) membuka pencatatan rekor Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) di area parkir makam Gus Dur Ponpes Tebuireng Jombang, Jawa Timur, Jumat (18/11)

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Pengasuh Pesantren Tebuireng KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah) menyatakan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mungkin bisa mengalahkan Donald Trump dalam pemilihan presiden, jika sang menteri itu hidup di Amerika Serikat (AS).

"Orang bilang, Amien Rais yang kuliah sampai S3 di Amerika tidak bisa menjadi Presiden RI, tapi Barack Obama yang cuma lulus SD di Jakarta, bisa menjadi Presiden AS. Jadi, kalau tinggal di AS, Bu Susi mestinya bisa mengalahkan Donald Trump, sebab Bu Susi sekolahnya sampai SMA," kelakar Gus Sholah.

Dalam kelakar merujuk sebuah anekdot di media sosial itu, ia mengemukakan hal itu di hadapan Menteri Susi yang duduk di kursi undangan dalam aksi pemecahan rekor MURI dan penyerahan bantuan ikan segar beku di Pesantren Tebuireng, Jombang, Jatim (18/11), juga tampak tertawa terpingkal-pingkal mendengar Gus Sholah.

Adik kandung mantan Presiden Gus Dur itu bercerita telah mengikuti sepak terjang perempuan kelahiran Pangandaran ini sejak 20 tahun lalu. "Saya membaca tentang beliau sekitar 20 tahun lalu di berbagai majalah. Dan sekarang, dari berbagai survei (kinerja), beliau selalu menempati urutan teratas," tutur Gus Sholah.

Saat mendapatkan giliran menyampaikan sambutan, Menteri Susi yang kelahiran Pangandaran, Jawa Barat, 51 tahun lalu, itu, pun menceritakan alasannya berhenti sekolah saat kelas 2 SMA. "Saya memutuskan untuk berhenti sekolah kala itu, karena merasa tidak suitable (tidak cocok) dengan sistem yang ada. Saya ingin sesuatu yang berbeda, belajar dengan cara saya sendiri. Itu adalah kekerasan kepala saya. Saya ikuti kata hati, tapi bukan berarti saya berhenti belajar," ungkapnya.

Susi lalu bertutur tentang sosok bapaknya yang sangat demokratis. "Beliau izinkan saya untuk tahu segala hal. Selain mengaji dan ikut Pesantren Ramadhan di Cijantung dan Ciamis, saya juga tidak dilarang membaca buku apa saja. Karena itu, saya membaca filsafat Cina, Taoisme, juga Buddhisme dan lainnya," ungkap Susi.

Dari kebebasan yang diberikan bapaknya itu, Susi yang memiliki ibu dari jalur NU tapi ayah dari jalur Muhammadiyah itu kemudian menjadi tahu banyak hal. Juga, membuatnya tidak terbiasa melihat sesuatu hanya dari satu sisi, tapi pendidikan keagamaan mendorongnya selalu berdiri pada apa yang benar secara hakiki.

Kepada Gus Sholah, menteri yang selalu tampil nyentrik ini menyampaikan bahwa aksi illegal fishing adalah sebuah kejahatan yang terorganisasi. "It's not single act crime. Sampai hari ini, sudah ada 256 kapal yang kami tangkap dan kami eksekusi," ujarnya di Dalem Kasepuhan Pesantren Tebuireng, Jombang.

Susi berharap tokoh nasional sekaliber Gus Sholah berkenan terus memberikan dukungan agar upaya menegakkan kedaulatan maritim bisa terus berlanjut.

"Salah satunya, saya mohon Bapak secara persuasif bisa memberikan pandangan agar Perpres 44/2016 jangan sampai direvisi. Nanti kalau direvisi, kita akan kembali ke Zaman Jahiliyah," harapnya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement