REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gerakan subuh berjamaah pada Senin (12/12) dinilai sebagai kegiatan yang baik untuk konsolidasi dan pencerahan umat Islam. Namun, Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI Sodik Mudjahid mengatakan Gerakan Shalat Subuh Berjamaah jangan hanya formalitas.
"Harus merupakan simbol dari kepekaan dan kesadaran diri terhadap berbagai masalah sekitar, kepeloporan dan keterdepanan dalam mengatasi masalah, soliditas dan kebersamaan dalam mengatasi masalahah, serta kebugaran, dan kecerdasan dalam mengatasi berbagai masalah," ujarnya kepada Republika.co.id, Ahad (11/12).
Dia mengatakan gerakan tersebut jangan hanya berhenti dengan berkumpul di sana untuk shalat berjamaah saja. "Tetapi harus ada agenda lain yang ditangani atas dasar kedinian dan inovasi dan kepeloporan, kebersamaan, kebugaran dan kecerdasan," kata politikus dari Partai Gerindra ini.
Seperti diberitakan sebelumnya, Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF-MUI) meminta umat Islam Indonesia tetap merawat semangat persaudaraan 2 Desember. Sebagai bagian dari upaya untuk merawat semangat itu, GNPF-MUI berencana menggelar Safari Nasional dan Gerakan Shalat Subuh Berjamaah.
Ketua GNPF MUI Ustaz Bachtiar Nasir mengatakan persaudaraan umat Islam adalah yang paling penting dan itu harus dirawat setelah Aksi Bela Islam III pada 2 Desember lalu.
Untuk itu, GNPF MUI akan menyelenggarakan Safari Nasional di 34 provinsi, juga Gerakan Shalat Shubuh Berjamaah yang akan dimulai pada 12 Desember 2016 dan rencananya dipusatkan di Bandung, Jawa Barat.