REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BCA) David Sumual mengatakan pertumbuhan kredit perbankan pada 2017 diprediksi sekitar 10 persen. Pertumbuhan ini masih cenderung belum begitu baik karena pada kuartal I 2017 kondisi perekonomian masih akan banyak tantangannya, terutama pascaterpilihnya Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat.
"Pasar sudah bergerak, dan ekspektasi inflasi meningkat sehingga pertumbuhan konservatif saja," ujar David di Jakarta, Selasa (21/12).
Menurut David, untuk mendorong pertumbuhan kredit, Bank Indonesia dan pemerintah bukan menambah likuiditas namun sisi permintaan. Apabila likuiditas meningkat namun tidak ada permintaan, nantinya akan terjadi permasalahan baru karena nanti dananya akan masuk lagi ke Bank Indonesia.
Investasi pada semester I 2017 diprediksi masih wait and see terutama untuk investasi di sektor riil. Menurut David, minat investasi sebetulnya banyak namun investor cenderung menunggu karena berbagai pertimbangan.
"Semester II 2017, investasi mungkin mulai tumbuh dan kita berharap banyak pada investasi langsung sehingga dapat menggerakkan perekonomian," kata David.
Di sisi lain, menurut David greget amnesti pajak akan berkurang. Salah satu faktornya karena konsentrasi pemerintah yang terpecah akibat adanya situasi politik, terutama saat pemilihan kepala daerah atau pilkada.