REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dapat rezeki yang luar biasa dari Allah SWT, berupa hadiah umrah dari perusahaan. Yuyun Rahmawati berangkat Umrah pada 2007. Wanita tomboy ini, khas sekali dengan rambut bondolnya ketika itu. Bahkan, dia enggan berhijab. Menurutnya, hijab hati itu jauh lebih penting.
Namun, ketika di Tanah Suci, ia berpikir dan sangat menyesal dengan ucapannya itu. Di dalam hati dan pikirannya, terbesit betapa sombongnya dia sudah diberi rezeki berangkat umrah gratis, tapi masih enggan mengikuti perintah Allah.
“Aku sudah diberi nikmat Islam oleh Allah, karena sebelumnya aku kristen. Dan ini, rezei yang tidak pernah aku sangka bisa ke rumah Allah (Makkah). Aku merasa betapa sombongnya, ya aku, selama ini dengan pikiran seperti itu,” ujarnya.
Di Tanah Suci, Yuyun menikmati ibadah-ibadahnya dan mulai memantapkan hati untuk berhijab. Ketika sedang sa’i, ia melihat tempat pengambilan air zam-zam dari kran, dan terbesit di hatinya ingin mengambil air zamzam yang langsung dari kran untuk anaknya yang sudah lama sakit keras. “Aku niat ambil zamzam habis Subuh, dan bawa botol air karena aku merasa luar biasa kalau aku dapat air dari kran, bukan dari dum-drum yang sudah di siapkan di tempat lain. Aku nggak ambil hari itu, karena aku pikir besok juga masih bisa ambil dan air zamzam kan nggak akan habis-habis,” ungkapnya.
Karena lokasi hotel dan Masjidil Haram dekat, besoknya Yuyun memisahkan diri dari rombongan dan sengaja tidak mengajak teman karena tidak mau merepotkan. Dia juga yakin bisa pulang ke hotel sendiri karena sudah beberapa hari di Tanah Suci dan dia hafal jalan pulangnya.
Dengan semangat, Yuyun membawa botol-botol untuk menampung air zamzam. Hatinya sangat berharap, air itu dapat menjadi obat dan mendapatkan karomah air zamzam untuk anaknya. Ketika sampai, dia tidak menemukan kran zamzam yang dilihatnya kemarin. “Aku bolak-balik nggak nemu juga. Aku masuk ke masjid dan muter-muter nggak nemu juga,” katanya.
Setelah lama, akhirnya ia melihat air zamzam yang kemarin. Hatinya senang dan mendekati kran itu. “Semakin dekat aku dengan kran air zamzam aku lihat tulisan ‘For Men’ lah aku bingung. Kemarin kan nggak ada tulisan itu ya. Kok sekarang ada? Kan nggak mungkin ya aku ambil, sementara hanya untuk laki-laki. Aku inget-inget lagi kemarin, benar kemarin nggak ada tulisan itu. Ini cuma aku saja yang lihat, apa gimana ya,” kisahnya.
Karena, ia merasa tidak mungkin mengambil itu dan kebetulan saat itu di sekelilingnya semua orang arab, apalgi dia sama sekali tidak bisa berbahasa Arab, jadi tidak bisa bertanya. Akhirnya, Yuyun mengundurkan diri, tidak jadi mengambil air zamzam dari kran dan mengambil air zamzam dari tempat lain di sekitar Masjidil Haram.
Ketika Yuyun ingin kembali ke hotel, dia kembali kebingungan karena semua pintu dan jalan sama dan mirip. “Aku muter-muter nggak nemu jalan juga. Aku nggak bisa bahasa Arab kan dan nggak bisa baca tulisan Arab juga. Aku muter-muter ke luarnya di situ-situ juga. Akhirnya aku pasrah dan Istighfar sama Allah, tapi tetep terus cari jalan. Alhamdulillah, akhirnya aku nemu jalan pulang ke hotel, aku kaget juga ternyata jalan pulang ku ini jalan yang biasa aku dan rombongan lewatin selama kita di Makah,” ujarnya.
Yuyun mendapat pelajaran berharga bahwa ia tidak boleh menyepelekan apapun terlebih ketika di Tanah Suci. Ibadah umrah-nya itu memberikannya hidayah untuk terus mendalami Islam, mentadaburi Alquran dan mengenakan hijab sampai kapan pun.
Setelah ibadah umrahnya, ia merasakan hal yang tenang dan lebih dekat dengan Allah, apalagi setelah berhijab. Menurutnya, dengan menggunakan hijab, diri bisa lebih terjaga untuk tidak melakukan hal yang dilarang Allah juga orang lebih respect dan menghargai. Berbeda ketia dirinya belum berhijab, penghargaan orang terhadap wanita berhijab itu luar biasa.
“Doakan aku ya, Insya Allah 2017 aku dan anak-anak mau ibadah umrah. Semoga dengan ini bisa menambah spiritual mereka,” ujarnya.