Selasa 27 Dec 2016 13:42 WIB

Harga Daging Sapi Dipengaruhi Kebutuhan Masyarakat

Rep: Debbie Sutrisno/ Red: Teguh Firmansyah
Warga membeli daging sapi murah subsidi di Kantor Kecamatan Kemayoran, Jakarta, Rabu (7/12).
Foto: Republika/Prayogi
Warga membeli daging sapi murah subsidi di Kantor Kecamatan Kemayoran, Jakarta, Rabu (7/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Melambungnya harga daging sapi di sejumlah daerah dipengaruhi tingkat kebutuhan masyarakat dan tumbuhnya industri pengolahan daging. Peningkatan ini tidak diselaraskan dengan suplai daging sapi yang meningkat perlahan.

Sekertaris Jenderal Perhimbunan Ahli Sosial Ekonomi Peternakan Rochadi Tawaf mengatakan, daging sapi segar yang ada di pasaran saat ini sudah tidak mencukupi kebutuhan masyarakat. Tingkat kesejahteraan masyarakat yang tumbuh membuat mereka lebih banyak menkonsumsi daging sapi.

"Populasi naik, kesejahteraan naik, seharusnya ini diikuti dengan meningkatkan suplai ke pasaran. Kalau jumlah suplainya tidak mengikuti pertumbuhan populasi dan kesejahteraan, pasti harga barang (sapi) ya naik tinggi," kata Rochadi, Selasa (27/12).

Menurut Rochadi, konsumsi masyarakat dalam hal apapun setiap tahun akan meningkat 2-3 kali lipat. Jika produksi kebutuhan pokok tidak mengikuti pertumbuhan ini, barang konsumsi tersebut pasti akan sulit ditemui, alhasil harganya melambung.

Hitungan ini yang kurang diperhitungkan oleh Pemerintah dalam hal ini Kementerian Perdagangan dan Pertanian.‎ Kedua Kementerian tersebut seharusnya memiliki data valid berapa jumlah populasi yang berpotensi mengkonsumsi bahan makanan pokok seperti daging, dan berapa suplai ke pasaran. Jika data ini benar, maka seharusnya tidak ada kenaikan harga yang signifikan.

‎Keinginan pemerintah untuk menambah suplai dengan membuka keran impor baru untuk sapi bakalan seperti dari Meksiko, Spanyol, atau Brasil belum tentu berhasil.

Sebab, perusahaan penggemukan (feedloter) akan menimbang untung rugi dari proses jual beli tersebut. Jika dirasa tidak menguntungkan atau hanya untung sedikit,‎ feedloter kemungkinan tidak akan mengambil alternatif tersebut.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement