Rabu 11 Jan 2017 15:44 WIB

Insiden Islamofobia Meningkat, Muslim Afrika Selatan Cemas

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Agung Sasongko
Islamofobia (ilustrasi)
Foto: Bosh Fawstin
Islamofobia (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JOHANNESBURG -- Umat Islam di Afrika Selatan prihatin atas meningkatnya insiden islamofobia. Terakhir, terjadi perusakan Masjid di Cape Town, Senin (9/1) lalu. Insiden itu berselang tiga hari setelah moncong babi ditemukan di masjid lain.

Pada Senin (9/1) lalu, sosok tak dikenal masuki masjid Jamiah di Kalk Bay, Cape Town. Di masjid, pelaku mengoleskan darah ke dinding masjid. Imam Masjid Jamiah Achmat Sity melaporkan, kitab suci Alquran berbingkai dilemparkan ke lantai. Insiden ini sendiri telah dilaporkan ke Kepolisian.

Masjid Nurul ISlam di Simon Town, salah satu pusat wisata Cape Town, mendapati moncong dan darah babi di pintu masuk masjid, terlebih babi dianggap najis dalam Islam dan Muslim dilarang mengkonsumsi itu. Parahnya, insiden yang terjadi pada Sabtu (8/1) lalu, menimpa masjid bersejarah di Cape Town yang baru merayakan ulang tahun keseratus pada 2011 lalu.

Faisal Suleiman dari South Afrika Muslim Network (SAMNET) cemas insiden islamofobia meningkat jika tidak ada tindakan kepada para pelaku. "Kami meyakini ada bias berita di beberapa media kami, yang malah menunjukkan Muslim bertanggung jawab atas beberapa insiden ini," kata Suleiman seperti dilansir Anadolu Agency, Rabu (11/1).

Secara terpisah, Peneliti Media Review Network, Ibrahim Vawdwa, menegaskan kalau umat Islam sangat menikmati hubungan baik dengan kelompok-kelompok agama lain di Afrika Selatan. Ia meyakini, insiden islamofobia yang terjadi dapat dikaitkan dengan politik yang memang tengah berkembang di Afrika Selatan dengan poros baru yaitu dunia Barat.

"Sebagai Muslim, kita harus mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mengadu kepada otoritas terkait kami atas insiden tersebut, kita tidak boleh membiarkan insiden ini terjadi," ujar Vawdwa.

Pekan lalu, seorang pria di Cape Town menyerukan pembakaran sebuah masjid lokal di daerahnya, dikarenakan suara adzan untuk shalat lima waktu yang menggunakan pengeras suara. Perempuan Muslim yang menggunakan cadar, tidak luput dari diskriminasi di beberapa pusat perbelanjaan, atau intimidasi saat mengemudi di beberapa daerah pinggiran kota.

Meski begitu, umat Islam yang berjumlah sekitar dua persen dari 55 juta penduduk Afrika Selatan, tetap memainkan peran penting dalam perekonomian negara. Muslim Afrika Selatan juga dipandang sebagai umat beragama yang moderat, dan senantiasa menjalani kehidupan yang harmonis dengan rekan-rekan senegara mereka, tidak melihat agama dan ras.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement