REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nahdlatul Ulama berjanji akan terus merawat ajaran agama Islam. Merawat agama, ditekankan NU, akan dilakukan sesuai dengan tradisi dan budaya masyarakat Nusantara.
"Fenomena keagamaan sekarang ini menunjukkan gejala semakin mengerasnya kelompok Muslim radikal. Kelompok-kelompok Islam yang melakukan aksi politik dengan simbol agama, mengabaikan tradisi-tradisi yang selama ini menjadi strategi dakwah," kata Ketua Umum Pengurus Besar NU Said Aqil Siroj, di Jakarta, Sabtu (28/1).
Dalam pernyataan yang disampaikan menjelang peringatan Hari Lahir NU di kantor PBNU itu, dia menyatakan keprihatiannya atas pergerakan ormas-ormas Islam yang mengabaikan tradisi dan melupakan sejarah panjang dakwah Islam di negeri ini.
"Mereka yang berdakwah dengan kekerasan dan memusuhi seni budaya lupa dengan sejarah hadirnya Islam di bumi Nusantara. Wali Songo berdakwah dengan cara damai, menggunakan perasaan, dan seni. Medianya berupa wayang dan suluk-suluk yang menguatkan perasaaan," kata Said.
Menurut dia, memahami cara dakwah Wali Songo harus bertahap hingga komprehensif. "Dakwah para Wali itu merangkul, bukan memukul. Misalnya, mereka yang suka 'slametan', diajak 'slametan dulu' yang kemudian diisi dengan ritual Islam, membaca ayat-ayat Alquran dan selawat. Wayang juga sama, ada pesan tentang syahadat dan ajaran Islam," katanya.
Said berpesan agar para pendakwah Islam seyogyanya belajar dari cara dakwah Wali Songo. "Strategi Wali Songo dan kiai-kiai pesantren berhasil mengislamkan orang kafir. Ini sudah terbukti. Bukan malah mengafirkan orang," ujarnya.
Ia mengingatkan pentingnya fikih, akhlakul karimah, dan ajaran tasawuf sebagai satu kesatuan ilmu agama yang tidak terpisahkan. "Dengan memahami hukum Islam, meneladani sikap Rasulullah dan puncak spiritualitas, maka Islam akan menjadi agama yang sejuk dan ramah, bukan agama yang mengerikan," kata Said.
Menurut rencana peringatan Hari Lahir NU diselenggarakan pada 30-31 Januari 2017.