REPUBLIKA.CO.ID, OTTAWA -- Lebih dari 250 warga Ottawa, Kanada berkumpul di Monumen Hak Asasi Manusia di Elgin Street, Ottawa. Aksi ini dilakukan sebagai bentuk solidaritas warga setempat terhadap Muslim dan pengungsi.
Aksi yang banyak diikuti oleh non-Muslim ini juga memberikan dukungan terhadap korban tewas pada serangan di Masjid Quebec beberapa hari lalu.
Dalam aksinya, para peserta memprotes larangan Presiden AS Donald Trump terhadap masuknya wisatawan dari tujuh negara mayoritas Muslim. Mereka juga menyerukan perbaikan untuk hukum imigrasi Kanada.
"Kadang-kadang teradap hal yang mencapai titik puncaknya kita harus mengatakan cukup. Ada lebih dari satu jenis kekuasaan. Trump memiliki kekuasaan presiden. Kami memiliki kekuatan rakyat,” ujar Dylan Penner dalam orasinya seperti dilansir ottawacitizen.com, kemarin.
Juru bicara Dewan Nasional Muslim Kanada, Amira Elghawaby menyampaikan rasa terima kasihnya kepada demonstran yang telah mendukung muslim. Menurutnya, ketika salah seorang dari kita terluka maka semuanya akan merasa terluka. Untuk itu dukungan berupa rasa cinta dan solidaritas akan memperbaiki suasana hati muslim.
Aksi ini dimulai dengan pidato. Para demonstran memberikan dukungannya untuk menyatakan Ottawa sebagai sebuah kota perlindungan bagi para migran yang masuk dalam pelarangan perintah eksekutif Trump.
Demonstran akan mengadakan aksi kembali untuk memastikan imigran gelap memiliki akses ke layanan kota tanpa takut ditahan atau dideportasi. Setelah pidato, para pengunjuk rasa berbaris ke kedutaan besar AS sambil membawa spanduk. Mereka juga menyanyikan lagu-lagu solidaritas untuk Muslim.
Baca juga, Buku Ini Laris Setelah Ayah Tentara Muslim Meminta Trump Membacanya.