Selasa 07 Feb 2017 17:15 WIB

Perusahaan Cina Diminta Lakukan Pencegahan Terkait Brexit

Sejumlah perempuan berjalan melewati sebuah toko memasang bendera Inggris di Athena, Yunani, 24 Juni 2016.
Foto: AP Photo/Petros Giannakouris
Sejumlah perempuan berjalan melewati sebuah toko memasang bendera Inggris di Athena, Yunani, 24 Juni 2016.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Duta Besar Cina untuk Inggris Liu Xiaoming mengatakan perusahaan Cina, yang bergerak di Inggris, terutama dalam bidang keuangan atau yang bermarkas besar di Inggris perlu melakukan pencegahan karena ketidakpastian Brexit.

Sebelum Inggris memilih keluar dari Uni Eropa pada Juni tahun lalu, Cina belum mengeluarkan pendapat secara langsung, memandangnya sebagai permasalahan dalam negeri dan mengatakan hanya ingin melihat Eropa kuat dan tenang. Sejumlah sumber diplomatik mengatakan pernyataan itu adalah dukungan tak tersirat kepada yang memilih "tetap bergabung" dengan Uni Eropa, rekan terbesar perdagangan Cina, yang diperkirakan kehilangan sekitar seperenam hasil ekonominya dan pendukung perdagangan bebas di Uni Eropa.

Perdana Menteri Inggris Theresa May menyampaikan pandangannya terkait Brexit dalam pidato pada Januari, menyorot sejumlah rencana keluar dari pasar tunggal Uni Eropa sebagai bentuk pemisahan penuh dari kelompok negara itu. Dalam wawancara dengan Harian Cina, yang diterbitkan pada Selasa (7/2), Dubes Cina Liu Xiaoming menyatakan kembali pendirian Cina bahwa Beijing menghormati pilihan Inggris dan berharap kesepakatan awal Inggris dengan Uni Eropa dapat diterima kedua pihak.

"Saya percaya, dimana ada masalah pasti ada jalan keluar," kata dia.

Inggris berjuang keras menarik modal dari Cina, termasuk dalam sektor keuangan, memberikan sejumlah perusahaan Cina jalur masuk ke pasar Uni Eropa melalui Inggris. "Perusahaan Cina dalam sektor itu sebaiknya melakukan pencegahan," kata Liu tanpa memberikan penjelasan.

Sementara Cina dan Inggris memiliki sejarah hubungan yang kurang baik seperti atas Hong Kong, jajahan Inggris, yang dikembalikan ke Cina pada 1997, negara besar pengekspor di Asia itu memandang Inggris sebagai sebuah pihak yang kuat dalam perdagangan bebas di Uni Eropa.

Hubungan kedua negara itu membaik dalam beberapa tahun terakhir dan ikatan perekonomian meningkat, yang disebut sebagai masa kejayaan kedua negara, meskipun Inggris membuat marah Cina tahun lalu atas penundaan proyek nuklir yang kemudian dilanjutkan. Liu merasa optimistis atas hubungan kedua pihak itu, dengan mengatakan, "Terdapat kemungkinan besar dan peluang cerah terhadap kerja samanya."

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement