Ahad 12 Feb 2017 21:25 WIB

Kisah Lahirnya Metode ODOJ

Seorang jamaah yang tergabung dalam komunitas One Day On eJuz (ODOJ) melakukan tilawah bersama dalam rangkaian Dzikir Nasional di Masjid At-Tin, Jakarta, Kamis ((31/12).  (Republika/Wihdan)
Seorang jamaah yang tergabung dalam komunitas One Day On eJuz (ODOJ) melakukan tilawah bersama dalam rangkaian Dzikir Nasional di Masjid At-Tin, Jakarta, Kamis ((31/12). (Republika/Wihdan)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rumah sederhana di depan jalan kereta api menyempil di wilayah Purwokerto, Jawa Tengah. Di sini, tinggal laki-laki yang berhasil  menggerakkan umat Islam untuk mencintai Alquran.

Bhayu Subrata merupakan pelopor dari komunitas One Day One Juz (ODOJ). Komunitas pencinta Alquran yang kini memiliki anggota hampir 130 ribu orang dari berbagai lintas daerah hingga negara.

Bhayu mulai membangun kebiasaan satu juz satu hari  secara rutin pada 2004. "Ketika itu saya masih kuliah," ujar Bhayu. Pada 2004 itu, Bhayu mengaku memiliki sebuah target untuk menguasai sejumlah surah.

Dia menjelaskan, semua itu ditulis dan dipasang olehnya di dalam Alquran. Bhayu mengisahkan, ada tiga target yang mulai dijadikan kebiasaan baru olehnya. Ketiga kategori tersebut, yakni bacaan harian, pekanan, dan bulanan.

Selama beberapa waktu Bhayu merutinkan kegiatan membaca satu juz dalam sehari. Pada 2007 ia memutuskan untuk mengajak para remaja untuk membiasakan membaca Alquran setiap hari melalui SMS, blog, dan buku saku. Ajakan-ajakan terus dilakukan Bhayu hingga dia pun menikah dengan Siti Istikomah pada 2009.

Pada acara pernikahannya itu, Bhayu membagikan sejumlah suvenir al-Ma'tsurat yang di dalamnya ia selipkan metode One Day One Juz-nya itu. "Nah, di sinilah sudah mulai ada respons yang cukup baik terutama dari kawan saya, Pratama Widodo," ujarnya.

Pratama Widodo merupakan sahabat Bhayu asal Banjarnegara yang juga ikut berjuang memperkenalkan metode ODOJ kepada umat Islam di Indonesia. Alumnus Pendidikan Sosiologi Antropologi Universitas Negeri Semarang (Unnes) mempromosikan One Day One Juz di media sosial Facebook dengan laman grup dan fanspage-nya.

"Pada awalnya, pihak yang memulai respons di medsos itu berasal dari teman-teman saya yang berkuliah di Unnes," kata pemuda kelahiran 1987 yang hobi bersepeda dan fotografi itu.

Berbagai media telah diupayakan Bhayu dan Widodo untuk mengenalkan metode One Day One Juz ketika masa awal itu. Pada 2013, Bhayu mengaku telah menerima SMS dari salah satu ODOJ-ers (sebutan followers) yang tertarik dengan metode ODOJ-nya itu. Menurutnya, orang tersebut memiliki keinginan kuat untuk mengembangkan metodenya itu lebih luas lagi.

"Mas Fatah (Fatah Yasin, kepala bidang IT ODOJ— Red) meminta izin ke saya untuk mengembangkan ODOJ dan saya pun mempersilakannya," ujar dia.

Pada November 2013, ODOJ makin berkembang melalui media sosial serupa BBM, Whatsapp (WA), Twitter, website. Hingga berhasil memecahkan rekor membaca Alquran massal dengan 50 ribu peserta di Gelora Bung Karno. Atas prestasinya tersebut, Bhayu dan Pratama menjadi Tokoh Perubahan Republika 2016.

Upaya Bhayu dan Pratama merupakan bentuk ikhtiar untuk mengubah keadaan satu masyarakat. Kecintaan kepada Alquran coba ditularkan kepada warga dari berbagai latar belakang dan profesi. Dari mahasiswa, dokter hingga jawara bisa menjadi anggota ODOJ.

Ikhtiar ini mengambil makna sebuah potongan ayat dalam Alquran yang sangat terkenal dan sering dikutip saat pelatihan motivasi. "...Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.." (ar-Ra'd: 11).

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement