REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketidakpastian penyelenggaraan Liga Basket Indonesia (IBL) musim mendatang membuat Garuda Bandung kesulitan mencari investor. Beberapa calon investor yang menyatakan siap menyokong klub asal Bandung, Jawa Barat, itu menunda kesepakatan hingga ada kejelasan kompetisi IBL musim 2016/2017 digelar.
"Sebenarnya, sudah banyak investor yang berniat. Tapi, statusnya melihat dan menunggu. Kami terjepit oleh ketidakpastian," kata Direktur Keuangan dan Administrasi Garuda Bandung Restaditya Harris di Jakarta, Selasa (4/10).
Resta enggan menyebutkan dana yang dibutuhkan Garuda Bandung untuk membiayai kegiatan selama satu tahun. Namun, menurut dia, rata-rata klub basket di Indonesia membutuhkan dana Rp 2 miliar sampai Rp 10 miliar setiap tahun.
Dana itu untuk menyewa lapangan, membiayai penginapan, uang saku, serta biaya pendidikan dan kesehatan pemain. Termasuk beberapa staf. Kurang lebihnya pada kisaran itu," kata Resta.
Resta menjelaskan, sejak tiga bulan lalu, klub sudah berupaya mencari suntikan dana, baik dari investor maupun sponsor. Namun, investor atau pun sponsor kerap bertanya imbal balik yang akan didapatkan. Imbal balik itu menjadi sulit direalisasikan ketika belum ada kepastian jadwal liga musim mendatang.
Menurut Resta, kepastian jadwal menjadi pekerjaan rumah terbesar penyelenggara liga musim depan. Dia pun menolak menjelaskan rumor belum lunasnya subsidi Rp 350 juta per klub pada penyelenggaraan liga musim lalu. "Liga punya banyak pekerjaan rumah soal kepastian jadwal," kata dia.
Garuda Bandung mengalami krisis finansial sejak Indra Priawan Djoko Sutono meninggalkan klub pada Juli 2016. Tahun lalu, Indra datang dan menyelamatkan Garuda yang sedang kritis. Setelah setahun, kata Resta, Indra tidak bisa lagi 'memegang' Garuda.
Sejak tiga bulan lalu, klub asal Bandung, Jawa Barat, itu pun harus berjuang keras untuk bertahan tanpa bantuan dana investor. Para pemain tidak lagi mendapatkan uang saku. Tidak hanya itu, tim yang diarsiteki Fictor Gideon Roring juga jarang melakukan latihan lapangan. Persiapan fisik hanya latihan fisik di gym.
Kendati demikian, Resta mengatakan para pemain, pelatih, dan staf tetap loyal. Garuda Bandung akan bertahan. Sembari mencari investor, klub berusaha mencari pemasukan melalui penjualan merchandise mulai dari jersey hingga kue, virtual reality, dan akademi.
Pada Agustus lalu, klub juga merancang tur ke beberapa kota. "Kami akan menggelar Nusantara Tour," kata Resta. Rencananya, tim akan menyambangi fan di tiga kota, yaitu Bandung pada 9-10 Oktober 2016, serta Balikpapan dan Samarinda pada 21-25 Oktober 2016.
Fictor mengatakan, cara ini tidak hanya untuk mendekatkan Garuda Bandung kepada penggemar, namun juga basket Indonesia secara umum. Klub juga berharap ada investor dari daerah-daerah yang tertarik untuk menyuntikan dananya.
"Manajemen berusaha mencari peluang dan celah tetapi itu belum cukup. Kami butuh the big fish. Program Nusantara Tour untuk itu," kata dia.
Ito, sapaan akrab Fictor, menambahkan, krisis finansial dan kesulitan mendapatkan investor seharusnya tidak menimpa klubnya. Garuda bukan tim yang buruk. Secara level permainan, Garuda sanggup bersaing dengan tim-tim papan atas seperti Satria Muda Pertamina, Pelita Jaya, Aspac, dan CLS Knights.
"Pemain kami juga banyak yang sudah mencicipi pertandingan internasional," kata dia.