Selasa 04 Mar 2025 14:21 WIB

Hujan Ekstrem Picu Banjir di Jabodetabek, Ini Penyebabnya Menurut BMKG

Hujan deras diprakirakan akan mengguyur Jawa bagian barat sepekan ke depan.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Andri Saubani
Warga melintasi banjir yang merendam kawasan Perumahan Sawangan Asri, Depok, Jawa Barat, Selasa (4/3/2025). Banjir dengan tinggi air mencapai 1,5 meter tersebut disebabkan luapan Kali Pesanggrahan yang melintas di belakang perumahan.  Menurut warga air mulai menggenangi sejak Senin pukul 22.00 WIB. Banjir di perumahan tersebut merendam sekitar 40 rumah warga.
Foto: Republika/Prayogi
Warga melintasi banjir yang merendam kawasan Perumahan Sawangan Asri, Depok, Jawa Barat, Selasa (4/3/2025). Banjir dengan tinggi air mencapai 1,5 meter tersebut disebabkan luapan Kali Pesanggrahan yang melintas di belakang perumahan. Menurut warga air mulai menggenangi sejak Senin pukul 22.00 WIB. Banjir di perumahan tersebut merendam sekitar 40 rumah warga.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Meteorolgi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi hujan deras yang dapat disertai kilat, angin kencang, hingga kemungkinan banjir. BMKG mendeteksi adanya peningkatan aktivitas atmosfer yang berpotensi mengakibatkan hujan deras mengguyur sebagian besar daerah di Jawa bagian barat dalam sepekan ke depan, termasuk Provinsi Jakarta.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto dalam keterangan di Jakarta, Selasa, mengatakan bahwa dengan meningkatnya aktivitas atmosfer ini, "Periode 4 - 11 Maret 2025, hujan dengan intensitas tinggi masih berpotensi terjadi. Pemantauan cuaca secara berkala sangat penting untuk mengantisipasi dampak dari dinamika atmosfer yang terus berkembang,"

Baca Juga

Guswatnto menjabarkan bahwa gelombang atmosfer seperti Rossby Ekuatorial, Low Frequency, dan Kelvin diprediksi masih tetap aktif di sebagian besar daerah di Sumatera, Jawa bagian barat, Kalimantan, Sulawesi, Maluku Utara, serta Kepulauan Papua. Kondisi tersebut berdampak pada peningkatan pertumbuhan awan hujan dengan intensitas bervariasi di setiap wilayah.

Bahkan, menurut dia, kondisi atmosfer itu kian diperkuat oleh sirkulasi siklonik yang saat ini terdeteksi sudah terbentuk di Samudra Hindia pada bagian barat Aceh dan di selatan Papua sebagaimana hasil analisis terbaru tim meteorologi BMKG.

Adapun keberadaan sirkulasi siklonik ini menyebabkan perlambatan kecepatan angin atau konvergensi di kawasan perairan, termasuk Laut Natuna, Laut Banda, perairan selatan Sulawesi, Laut Arafuru, dan Maluku. BMKG juga mendeteksi perkembangan awan konvektif yang cukup signifikan dari analisis labilitas lokal, di Jawa bagian barat dan berbagai daerah lainnya termasuk Aceh, Sumatera Utara, Sumatra Barat, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Bengkulu, Lampung, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, serta hampir seluruh wilayah Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua.

"Labilitas atmosfer berperan dalam mendukung proses pembentukan awan hujan, terutama pada siang hingga sore atau malam hari," kata dia.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

 

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...

Apa yang paling menarik bagi Anda tentang Singapura?

1 of 7
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement