REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Mungkin Petra Kvitova mampu bersikap tenang saat melawan Eugenie Bouchard di final tunggal putri turnamen Wimbledon pada Sabtu (5/7) waktu setempat. Namun, Kvitova sangat emosional saat bertemu langsung dengan idola, sekaligus inspirasinya, Martina Navratilova.
Ya, Kvitova bertemu dengan idolanya sejak kecil tersebut untuk keduakalinya di final Wimbledon. Seperti diketahui, Kvitova meraih gelar pertamanya pada 2011 lalu. Saat itu ia berhasil mengandaskan perlawanan Maria Sharapova yang sempat diunggulkan dengan dua set langsung 6-3 dan 6-4.
Kvitova tak bisa menahan emosinya dan sempat menangis saat bertemu dan berpelukan dengan Navratilova. Kvitova mengaku bangga final yang dimenangkannya itu turut disaksikan Navratilova di royal box. Dengan motivasi itu juga, Kvitova mengatasi perlawanan Bouchard.
Kvitova mengaku Navratilova adalah idola dan inspirasi pertamanya untuk terjun di dunia tenis. Sang ayah juga mendukung langkahnya ini dan menjadikan Navratilova role model bagi Kvitova.
“Ayah selalu mengatakan pada saya: ‘Lihat Martina, dia bermain sangat baik, dia bermain agresif, dan dia juga berasal dari Ceska,’” kenang Kvitova saat menirukan kata-kata ayahnya.
“Dia (Navratilova) adalah legenda, dia sangat terkenal di Republik Ceska. Sejujurnya saya sangat senang menjadi fansnya," katanya kepada BBC Sport.
Ketika Kvitova ditanya apakah ia bisa memenangi sembilan gelar seperti Navratilova, petenis berusia 24 tahun ini hanya senyum simpul seraya menjawab,"Itu adalah hal yang selalu saya impikan."
Selain keluar sebagai juara Wimbledon 2014, kemenangan ini sekaligus memperbesar keunggulan Kvitova atas Bouchard menjadi 2-0.
Sementara itu, laga ini final ini seolah menjadi anti-klimkas bagi Bouchard yang sepanjang turnamen tahun ini tampil impresif. Meski kalah, petenis cantik berusia 20 tahun itu akan naik dari peringkat 13 ke 8 dunia.
Dalam pertarungan yang terjadi di Centre Court, Kvitova langsung memperlihatkan keunggulannya sejak set awal pertama. Hanya butuh 32 menit saja bagi unggulan keenam itu untuk menumbangkan Bouchard di set pertama dengan skor 6-3.
Memasuki set kedua, Kvitova semakin tampil dominan dan terus menekan Bouchard yang menjadi unggulan ke-13. Tak mampu mengimbangi permainan dari petenis berusia 24 tahun itu, Bouchard kandas dengan skor telak 6-0.
“Saya punya taktik besar dari pelatih saya (Dish Rosewater), Dia selalu tahu bagaimana saya harus bermain,” kata Kvitova usai pertandingan.
Mantan juara Wimbledon, Lindsay Davenport, ikut memberikan pujian atas kinerja Kvitova sepanjang perjalannanya di Wimbeldon
"Itu menakjubkan. Anda selalu bermimpi untuk bermain tenis terbaik di panggung terbesar dan itu adalah hal keindahan," kata Davenport seperti dilansir Sportsmole.